TUGAS SOFTSKILL PSIKOTERAPI
KELOMPOK 5
Nama
Anggota :
Ø Andinta
Castine Putri (11514093)
Ø Deanysa Buggy
Asih (12514590)
Ø Elfa
Inkabaturia Ciptanti (13514486)
Ø Maulana
Prakasa AF (16514471)
Kelas
: 3PA18
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2017
A. Terapi
Bermain
1. Pengertian
Terapi Bermain
Bermain adalah suatu kegiatan yang
dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan atau
memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak.
Menurut Thompson dan Henderson (2007)
terapi bermain adalah penggunaan model-model teoritis secara sistematis untuk
menjalin sebuah proses interpersonal dimana seorang terapis menggunakan
kekuatan-kekuatan terapetik dari kegiatan bermain, untuk membantu para klien
dalam mencegah atau mengatasi masalah-masalah psikososial dan mencapai taraf
pertumbuhan dan perkembangan secara optimal.
Terapi Bermain adalah pemanfaatan
permainan sebagai media yang efektif oleh terapis, untuk membantu klien
mencegah atau menyelesaikan kesulitan-kesulitan psikososial, mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal melalui eksplorasi atau ekspresi
diri.
2. Unsur
– Unsur Terapi Bermain
a. Melepas
ketegangan-ketegangan yang menghimpit hatinya
b. Melatih
keterampilan melalui panca inderanya atau sensori motorik
c. Dilakukan
dengan gembira, bahagia dengan fantasinya dapat berkembang
d. Kebebasan
memilih dan menentukan alat bermainnya
e. Membantu
melancarkan dan mengembangkan fungsi faal tubuhnya (fisiologi) Misal :
pernafasan, peredaran darah dan pencernaan makanan (psikomotorik)
f. Mampu
mengembangkan kemampuan diri anak semaksimal mungkin sesuai dengan prestasi
dirinya.
3. Teknik
– Teknik Terapi Bermain
a.
Permainan boneka
Boneka
memberikan suatu cara yang tidak mengancam untuk anak-anak bermain di luar
pikiran dan perasaan mereka. Selama bermain dengan boneka anak-anak melakukan
beberapa hal seperti berikut ini :
1)
Mengidentifikasikan
diri dengan boneka
2)
Memproyeksikan perasaan
sendiri dalam figur permainan
3)
Memindahkan konfliknya
dalam figur permainan
b.
Permainan boneka wayang
Gerakan wayang
atau boneka memungkinkan anak menceritakan cerita - cerita yang kaya dalam
bentuk simbol dan untuk menciptakan fantasi-fantasi mereka. Manfaat permainan
boneka wayang :
1)
Melalu gerakan boneka,
anak dapat menghadapi pikiran dan perasaan yang sulit untuk mereka akui sebagai
diri sendiri.
2)
Dengan menggunakan
boneka, anak dapat menciptakan orang lain dan berinteraksi serta mengungkapkan
pikiran dan perasaannya sekaligus kemarahannya yang dalam kehidupan nyata tidak
bisa dilakukannya.
3)
Anak-anak juga dapat
menciptakan tokoh yang tidak bisa diungkapkannya sendiri Permainan dengan
boneka dapat merupakan kegiatan kelompok yang menarik dan dapat digunakan
dengan kelompok anak-anak yang kebih besar atau kecil, terutama dalam
lingkungan sekolah. Dengan bermain boneka dalam kelompok, membuat anak saling
menghargai sudut pandang orang lain, dapat memecahkan masalah dan keterampilan
sosial.
c.
Bercerita
Secara
psikologis membaca atau bercerita merupakan salah satu bentuk bermain yang
paling sehat. Kebanyakan anak kecil lebih menyukai cerita tentang orang dan
hewan yang dikenalnya. Mereka menyukai karakter ini karenan kualitas pribadi
dan humornya. Karena mereka mampu mengidentifikasi diri dengan hewan, mereka
memperoleh kegembiraan yang besar dari mendengar hal-hal yang dilakukan
karakter itu.
d.
Bermain Papan
Sebagian besar
permainan dengan papan dirancang untuk dimainkan oleh empat sampai enam orang,
dan mereka meliputi permainan papan di kamar tamu sama sepeti permainan
terapeutik atau permainan yang dirancang dengan pikiran terapi. Permainan papan
membantu anak memusatkan perhatian mereka, internalisasi disiplin diri, dan
belajar untuk menang dan kalah dengan mulus. Permainan juga membentuk
kepercayaan, membantu anak mengembangkan kognitif, motor, dan ketrampilan sosial,
mempertinggi harga diri dan percaya diri. Permainan terapeutik mempunyai
keuntungan tambahan dimana dunia pikiran, perasaan, sikap dan tingkah laku
pribadi anak. Pikiran ini dirancang untuk memberikan informasi tentang minat,
sikap, kepercayaan, nilai, pertahanan diri dan dinamika keluarga anak.
e.
Bermain Pasir
Anak - anak suka
bermain di pasir, baik di pantai, di halaman belakang, atau di ruang bermain.
Dengan mengaduk pasir dengan air, mereka menciptakan sungai dan kolam. Ketika
ditambahkan dengan mainan miniature, fantasi-fantasi dan impian kembali hidup,
dan terapis secara khusus melihat sekilas ke dalam dunia inner anak. Ketika
kotak pasir dibawa ke ruang terapi bermain, anak-anak diberikan kegembiraan,
rileks, dan medium terapeutik.
B. Terapi
Keluarga
1. Pengertian
Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah model terapi yang
bertujuan mengubah pola interaksi keluarga sehingga bisa membenahi
masalah-masalah dalam keluarga. Terapi keluarga muncul dari observasi bahwa
masalah - masalah yang ada pada terapi individual mempunyai konsekwensi dan
konteks social. Contohnya, klien yang menunjukkan peningkatan selama menjalani
terapi individual, bisa terganggu lagi setelah kembali pada keluarganya.
Menurut teori awal dari psikopatologi, lingkungan keluarga dan interksi orang
tua- anak adalah penyebab dari perilaku maladaptive.
Teori keluarga memiliki pandangan bahwa
keluarga adalah fokus unit utama. Keluarga inti secara tradisional dipandang
sebagai sekelompok orang yang dihubungkan oleh ikatan darah dan ikatan hukum. Fungsi
keluarga adalah sebagai tempat saling bertukar antara anggota keluarga untuk
memenuhi kebutuhan fisik dan emosional setiap individu. Untuk menjaga struktur
mereka, sistem keluarga memiliki aturan, prinsip-prinsip yang memungkinkan
mereka untuk melakukan tugas-tugas hidup sehari-hari. Beberapa peraturan yang
dinegosiasikan secara terbuka dan terang-terangan, sedangkan yang lain terucap
dan rahasia. Keluarga sehat memiliki aturan yang konsisten, jelas,
danditegakkan dari waktu ke waktu tetapi dapat disesuaikan dengan perubahan
perkembangan kebutuhan keluarga. Setiap anggota keluarga memiliki peranan yang
jelas terkait dengan posisi sosial mereka.
Terapi keluarga sering dimulai dengan
fokus pada satu anggota keluarga yang mempunyai masalah. Khususnya, klien yang
diidentifikasi adalah remaja laki-laki yang sulit diatur oleh orang tuanya atau
gadis remaja yang mempunyai masalah makan. Sesegara mungkin, terapis akan
berusaha untuk mengidentifikasi masalah keluarga atau komunikasi keluarga yang
salah, untuk mendorong semua anggota keluarga mengintrospeksi diri menyangkut
masalah yang muncul. Tujuan umum terapi keluarga adalah meningkatkan komunikasi
karena keluarga bermasalah sering percaya pada
pemahaman tentang arti penting dari komunikasi.
Terapi keluarga mengajarkan penyelesaian
tanpa paksaan, mengajarkan orang tua untuk menetapkan kedisiplinan pada
anak-anak mereka, mendorong tiap anggota keluarga untuk berkomunikasi secara
jelas satu sama lain, mendidik anggota keluarga dalam prinsip perubahan perilaku,
tidak menekankan kesalahan pada satu anggota akan tetapi membantu anggota
keluarga apakah hyarapan terhadap anggota yang lain masuk akal.
Pendekatan berpengaruh yang lain disebut
strategi atau terapi keluarga terstruktur. Disini, terapis berusaha menemukan
problem utama dari masalah klien dalam konteks keluarga, bukan sebagai masalah
individual. Tujuannya adalah untuk mengurangi sikap menyalahkan yang mengarah
pada satu orang. Contohnya, terapis menyampaikan bahwa perilaku menentang dan
agresif dari remaja mungkin adalah tanda dari ketidakamanan remaja atau alasan
untuk mendapatkan perhatian yang lebih dari ayahnya. Pada banyak keluarga yang
mengalami stress, pesan emosional begitu tersembunyi sehingga anggota keluarga
lebih sering berbicara tanpa berbuat. Mereka sering mengasumsikan bahwa mereka
dapat “saling membaca pikiran masing-masing”.
2. Unsur
– unsur Terapi Keluarga
Terapi keluarga didasarkan pada teori
system yang terdiri dari 3 prinsip. Pertama adalah kausalitas sirkular, artinya
peristiwa berhubungan dan saling bergantung bukan ditentukan dalam sebab satu
arah -efek perhubungan. Jadi, tidak ada anggota keluarga yang menjadi penyebab
masalah lain; perilaku tiap anggota tergantung pada perbedaan tingkat antara
satu dengan yang lainnya. Prinsip kedua, ekologi, mengatakan bahwa system hanya
dapat dimengerti sebagai pola integrasi,
tidak sebagai kumpulan dari bagian komponen. Dalam system keluarga, perubahan
perilaku salah satu anggota akan mempengaruhi yang lain. Prinsip ketiga adalah
subjektivitas yang artinya tidak ada pandangan yang objektif terhadap suatu
masalah, tiap anggota keluarga mempunyai persepsi sendiri dari masalah
keluarga.
Terapi keluarga tidak bisa digunakan
bila tidak mungkin untuk mempertahankan atau memperbaiki hubungan kerja antar anggota
kunci keluarga. Tanpa adanya kesadaran akan pentingnya menyelesaikan masalah
pada setiap anggota inti keluarga, maka terapi keluarga sulit dilaksanakan.
Bahkan meskipun seluruh anggota keluarga datang atau mau terlibat, namun
beberapa system dalam keluarga akan sangat rentan untuk terlibat dalam terapi
keluarga.
3.
Proses dan Teknik Terapi Keluarga
Dalam perjalanannya, untuk membedakan suatu
dimensi dari berorientasi individu ke sistem yang diorientasikan pemikiran,
keluarga therapists dapat diuraikan seperti kepala perguruan tinggi/ dirigen.
Dirigen, sebagai pembanding, cenderung ke program dan mengorganisir cara
bekerja, menentukan agenda, menugaskan tugas, dan dengan aktif menanyai dan
mengajar. Dalam kasus Ackerman, ini mungkin dalam rangka menghilangkan
pengingkaran dan kemunafikan, menuntut anggota keluarga untuk lebih membuka
dengan dia dan dengan diri mereka. Ia menghadapi seksual, agresif, dan perasaan
tergantung. Cara nya besar, yakin, dan jujur. Satir, pada sisi lain, menjadikan
dirinya sebagai guru dan tenaga ahli di
komunikasi. Dia mengarahkan ke diskusi, dan menunjukkan permasalahan
dalam hal komunikasi. Dia menetapkan dirinya sebagai contoh komunikasi yang
jelas, penggunaan yang sederhana dan kata-katanya jelas, dan menjelaskan
prinsip nya kepada keluarga.
Meskipun demikian terkait dengan segi manusia
yang lain yang dapat merasakan dan interaksi, dia pada dasarnya seorang guru
dan contoh yang memiliki kejelasan dalam berkomunikasi. Bagaimanapun, apakah
lebih sebagai kondektur atau reaktor, Ackerman dan Satir, semua keluarga
therapists perlu bermain suatu peran yang lebih aktif dibanding yang sudah
biasa dalam individu therapy. Therapist harus yang lebih memiliki kemampuan
dalam penggunaan kendali, melembutkan argumentasi, dan memandu diskusi. Terapi
keluarga meletakkan therapist dalam suatu hubungan yang berbeda dengan klien
nya dibanding dalam terapi kelompok atau
individu. Ia tidak dimulai dari dasar yang sama atau dari sama sama
ketidak-tahuan. Anggota keluarga masuk dengan suatu pengalaman umum; therapist
adalah orang luar. Dalam pelaksanaan bahkan untuk mengerti sindiran sindiran
mereka untuk membagi bersama pengalaman, ia harus belajar ke kultur keluarga,
bahasa dan aturan. Therapist harus sampai kepada dalamnya sistem keluarga memahami
dan bekerja dengan itu. Sekalipun begitu ia tidak bisa menjadi 'yang diatur
& bagian dari sistem', karena ia harus menyendiri dari itu dalam rangka
memahami aktivitas nya dan untuk memandu perubahan nya. Begitu, sisanya antar
detasemen dan keterlibatan menjadi yang lebih dikritisi dalam keluarga therapy
dibanding dalam bentuk lain psikoterapi. Cara-cara lain, adalah dengan berbagi tugas yang umum dari semua
therapists, untuk menyediakan suatu atmospir yang mendukung dan aman untuk
menghadapi pengalaman menyakitkan.
Therapy umumnya mulai dengan usaha untuk
menemukan apa yang sedang mengganggu keluarga dan apa yang mereka harapkan
melalui terapi ini. Sesi pertama atau kedua hanya boleh melibatkan pasangan
yang sudah menikah, dimana sebagai pemimpin menyangkut keluarga. Yang secara
khas cukup, masalah yang ada dikaitkan dengan perilaku yang menganggu
menyangkut pasien yang dikenali "Pemuda lontang lantung mogok sekolah, dan
menggunakan narkoba." Itu hampir suatu kebenaran mutlak bahwa semua anggota
keluarga tidak membagi dugaan yang sama tentang apa yang salah, mengapa masalah
datang, atau seberapa penting hal itu diharapkan untuk di tritmen bersama-sama.
Untuk memperjelas gabungan persepsi dan alasan adalah suatu awal tugas penting.
Dalam proses yang sama, therapis berusaha untuk mengkomunikasikan sebagian dari
peraturan utama, bahwa semua anggota akan diperlakukan sebagai individu, mereka
akan masing-masing diharapkan untuk mengambil bagian, dan poin-poin pandangan
mereka akan dihargai.
4. Pendekatan Terapi Keluarga
1. Network therapy
Secara
logika, terapi keluarga
adalah perluasan dari
simultan dengan semua yang
tersedia dari system
kekeluargaan, teman, dan
tetangga serta siapa saja
yang berkepentingan untuk
memupuk rasa kekeluargaan
( Speck and Attneave, 1971).
2. Multiple-impact therapy
Multiple-impact therapy
biasanya dapat membantu
remaja pada saat mengalami
krisis situasi ( MacGregor et al.,1964 ). Tim kesehatan
mental bekerja dengan keluarga yang beramasalah selama dua hari. Setelah dibei
pengarahan, anggota tim akan dipasangkan dengan
salah satua atau lebih anggota keluarga dengan beberapa varisasi
kombinasi. Mungkin ibu dan putrinya dapat ditangani oleh satu orang terapist,
sedangkan ayah ditangani secara individual sepert halnya anak laki-lakinya.
Bila dibutuhkan regroup diperbolehkan untuk mengeksplorasi maslah keluarga yang
rumit. Tujuan dari terapi adalah untuk reorganisasi sistem keluarga sehingga
dapat terhindar dari malfungsi. Diharapkan sistem keluarga menjadi lebih
terbuka dan adaptif, untuk itu terus dilakukan followup.
3. Multiple- family and multiple- couple group
therapy
Masa kegiatan
kelompok keluarga selanjutnya
menimbulkan suatu keadaan
yang biasa untuk
membantu masalah emosional ( e.g., Laqueur, 1972 ). Model ini,
partisipan tidak dapat
memeriksa satu persatu
dengan mentransaksi keluarga
kecil mereka tetapi
mengalami simultan mengenai
masalah ekspresi oleh
keluarga dan pasangan
suami istri. Dengan demikian,
terapi kelompok ini
dapat menunjang pemikiran
pada pasangan suami
istri.
Dialog
yang menggunakan Person Centered Therapy (Rogers)
PROLOG
L adalah gadis yang cantik, ceria,
mudah bergaul dan pinter di kelasnya. L anak satu-satunya dari seorang wanita single parents yang kaya dan sukses. Sampai
suatu hari L berangkat sekolah dianter oleh pamannya menggunakan sepeda motor
dan mengalami kecelakaan tunggal dan L mengalami luka dimata kakinya dan karena
luka itu hanya memar L tidak perduli dan tidak pernah memeriksanya kedokter dan
L melanjutkan aktivitasnya seperti biasa. 3bulan setelah kejadian itu L kembali
jatuh dari motor dan mengalami luka yang sama yaitu di mata kakinya dan terasa
sangat sakit, akhirnya L meminta ibunya untuk mencari tukang urut untuk
mengurut kakinya agar lebih baik, setelah di urut kaki L pun menjadi lebih baik
dan besoknya L memutuskan untuk naik gunung papadayan bersama teman-temannya.
Setelah pulang dari mendaki gunung kaki L semakin sakit dan terlihat
membengkak, dan L meminta ibunya untuk memanggil tukang urut dan mengurut
kakinya lagi, ternyata selama diurut L merasa sangat kesakitan sampai menangis
dan akhirnya dibawa kerumah sakit oleh ibunya. Rumah sakit hanya mengatakan
kalau kaki L hanya terdapat gumpalan darah dan L di berikan obat-obatan dan
harus di habiskan, tetapi saat obat-obat yang diberikan hampir habis kaki L
tidak mengalami perubahan dan semakin bengkak. Dan akhirnya L memeriksakan
kakinya kerumah sakit yang lain dan hasilnya pun sama, karena penasaran
akhirnya L kerumah sakit lain dan setelah dilakukan pemeriksaan dengan
mengambil cairan ditulangnya akhirnya diketahui bahwa L mengalami kanker langka
yaitu Sarkoma Ewing stadium lanjut
dan membuat kakinya semakin membesar dan mengeluarkan nanah, akhirnya dokter
memutuskan untuk mengamputasi kaki kanan L. Dan L juga mengidap penyakit TBC.
Setelah mengetahuinya akhirnya L dibawa kerumah sakit Dharmais untuk pengobatan.
DIALOG
L
: Mengapa
semua ini terjadi kepada ku ma ? apa salah ku ma ? aku masih muda (sambil menangis
dan memukul kakinya).
M
: Tenang
sayang mama akan berikan pengobatan yang terbaik untuk kamu, mama yakin kamu bisa
sehat, dan ceria lagi seperti biasa (sambil terus menenangkan L).
L
: Aku
malu ma, kenapa kaki aku begini ? aku engga pernah jahat sama orang lain,
kenapa harus aku yang sakit, diluar sana banyak orang jahat, kenapa harus
aku ma kenapa ?
M
: Allah
sayang sama kita, pasti kita bisa melewati semua itu.
L
: Aku
engga percaya sama ALLAH, aku mau mati aja ma, aku malu, aku engga mau nyusahin
mama, untuk apa aku hidup ma ? engga ada gunanya
(sambil menangis).
M
: Apa
yang kamu katakan sayang, kalau kamu mati mama sama siapa ? kamu tega melihat
mama sendirian hidup didunia ini, jangan pernah tinggalkan mama sendirian, mama yakin
kamu akan sembuh (sambil memeluk
L).
L
: Aku
mau sendiri mah, bisakah tinggalkan aku sendiri.
M pun meninggalkan L sendirinya. M
sholat dan minta petunjuk kepada Allah, apa yang harus iya lakukan. Dan
akhirnya M mendapatkan pencerahan dan M percaya bahwa dokter yang mengobati
fisiknya L saja tidak cukup karena L juga membutuhkan seseorang yang bisa
mengobati psikisnya dan membuatnya yakin kalau L dapat sembuh seperti semula.
Akhirnya M memutuskan untuk mencari seorang terapis. Dan terapis itu bernama A.
A
: Selamat
pagi L, apa kabarnya hari ini ? (sambil tersenyum)
L
: Siapa
kamu ? kenapa kamu disini ? yang boleh kesini hanya dokter, suster dan mama
saja (sambil menatap tajam kearah A)
A
: Kenapa
hanya boleh dokter, suster dan mama saja yang kesini ? teman- temanmu kenapa tidak
boleh ? bukannya kalau rame lebih menyenangkan,
disini kan sepi sekali kalau ada teman-teman pasti lebih rame.
L
: Bukan
urusan kamu, pergi sana !!!!!
A
: Saya
diminta oleh mama kamu untuk menemani kamu disini hari ini, karena mama kamu
ada pekerjaan penting yang tidak bisa ditinggalkan
L
: Selalu
seperti itu, pekerjaan selalu lebih penting, anak lagi sakit ditinggalin
dengan orang asing yang aneh ini, kenapa engga ada yang sayang dan peduli dengan aku ? lebih baik
aku mati dari pada harus hidup
sendirian seperti ini.
A
: Semuanya
sayang sama kamu
L
: Tahu
apa anda tentang sayang ? kenal aja engga jadi engga usah soooo tau tentang sayang
A
: Kaki
mu kenapa ? kenapa harus selalu ditutupi oleh selimut kan gerah
L
: Kaki
ini ? kaki yang lebih besar dari kaki gajah dan sebentar lagi harus di potong, kaki yang engga ada gunanya
dan malah bikin susah ini. (sambil membuka
selimut yang menutupi kakinya)
A
: Kenapa
kamu berbicara seperti itu ?
L
: Saya
ini masih muda, saya berprestasi disekolah saya mempunyai banyak teman, tapi karena kaki ini dan
TBC, membuat saya tidak bisa berjalan lagi
dan membuat saya menjadi sangat kurus, sangat menyeramkan. Saya malu, saya tidak mau dilihat oleh
oranglain dengan kondisi saya seperti ini, mereka pasti menertawakan saya.
A
: Apakah
kamu tahu kalau teman-temanmu menunggumu diluar dari tadi pagi ?
L
: Benarkah
?
Dan akhirnya teman-teman L pun
masuk kedalam ruang perawatan L sambil membawa bunga, balon, kue, dan boneka.
Mereka bergantian memeluk L dan memberikan semangat kepada L agar bisa segera
sembuh dan segera kembali melakukan aktivitas. Suasana ruang perawatan pun
sangat ramai dan membuat L lebih semangat untuk melawan penyakitnya agar cepat
sembuh dan L tertawa bersama temannya.
Dan A mengawasi L dan teman-temannya di sudut ruangan. Setelah teman-temannya
pergi A menghampiri L.
A
: Mengapa
kamu sangat senang sekarang ?
L
: Saya
baru sadar kalau ternyata teman-teman saya sangat menyayangi saya dan bahkan
tidak ada yang menertawakan saya. Bahkan mereka menginginkan saya segera sembuh.
Dan mama ternyata yang mengirim mereka
kesini. Walaupun mama sibuk tapi mama tidak pernah ingin aku sendiri, mama
sibuk juga untuk aku. Ternyata aku adalah seseorang yang beruntung
karena dikelilingi oleh orang-orang yang menyayangi aku dan aku harus
segera sembuh. Aku bersedia di amputasi yang penting aku harus
sembuh. Karena dokter tau yang terbaik untuk aku. Dan aku mau selalu ada
disamping mama, jadi aku harus sembuh aku engga boleh terus-terus nangis dan meratapi ini. Aku
harus sembuh.
A
: Apa
kamu yakin dengan keputusan kamu untuk amputasi itu artinya kamu akan
kehilangan kaki kanan mu
L
: Iya
saya sangat yakin, kalau hari ini pun harus di amputasi pun aku siap, aku tidak ingin kanker
ini semakin menjalar dan menyiksa ku. Banyak diluar
sana orang yang tidak memiliki kaki tetapi tetap bisa sukses dan mandiri, dan aku
yakin kalau aku pun bisa seperti mereka bahkan aku yakin aku bisa lebih baik. Kalau aku
terus ada disini berapa banyak uang yang harus dikeluarkan mama untuk
pengobatan aku. Aku satu-satunya anak
mama, aku engga boleh terus menyusahkan mama, aku harus bisa mandiri
dan harus bisa membuat mama senang. Karena selama disini aku sadar bahwa mama sering nangis
dan jarang sekali tidur. Aku engga mau mama
jadi ikutan sakit gara-gara aku.
Dan akhirnya hari yang ditunggu L
pun tiba, hari dimana kakinya harus di amputasi dan itu artinya sedikit
mengurangi penderitaannya dan L akan menjalankan sisa hidupnya hanya dengan
satu kaki.
A
: Selamat
pagi, apa kabarnya ?
L
: Selamat
pagi juga, saya baik
A
: Bagaimana
kondisimu sekarang ?
L
: Badan
ku terasa lebih ringan, karena kaki yang lebih besar dari kaki gajah itu sudah
diambil dan kata dokter kalau aku terlambat diamputasi kaki ku akan semakin membusuk dan
kemungkinan aku untuk sembuh semakin
kecil. Aku sekarang sangat bersyukur karena kemungkinan aku untuk sembuh
semakin besar dan aku akan segera keluar dari rumah sakit ini,
aku sudah sangat bosan terus berada disini.
A
: Apa
yang ingin kamu lakukan setelah keluar dari rumah sakit ?
L
: Aku
ingin segera bersekolah, karena sudah hampir 4bulan aku tidak sekolah dan aku
hanya terdiam dirumah sakit. Aku pasti ketinggalan banyak pelajaran, aku tidak mau kalau aku
sampai tidak naik kelas, mama
kamu pasti sangat sedih kalau aku sampai tidak naik kelas. Aku hanya ingin mama selalu
tersenyum aku dan mama selalu sehat.
A
: Apa
kamu tidak malu dengan kondisimu jika kamu bersekolah ?
L
: Kenapa
harus malu, aku justru bangga karena aku bisa bangkit bisa sembuh melawan
penyakit yang sangat ganas. Dan aku tidak pernah perduli dengan orang yang membicarakan hal
buruk tentangku. Karena mereka
tidak pernah ada diposisi ku dan tidak pernah merasakan apa yang sudah aku lalui
sampai saat ini.
A
: Apa
kamu yakin bisa menjalankan hidup hanya dengan satu kaki ?
L
: Aku
sangat yakin, karena untuk apa aku hidup dengan kedua kaki, tapi harus terus-menerus
berbaring ditempat tidur ini, harus terus merasakan sakit dan nyerinya kaki ini
setiap saat. Bukankah kita tidak boleh selalu terpuruk
dengan keadaan, kita bangkit dan aku selalu percaya bahwa ALLAH tidak
akan pernah memberikan cobaan diluar batas kemampuan umatnya. Dan
pasti selalu ada jalan keluar dibalik setiap cobaan yang penting kita
harus selalu berusaha dan sabar menjalani setiap cobaan yang ada.
A
: Pelajaran
apa yang bisa kamu ambil dari kejadian ini ?
L
: Banyak
hal yang aku pelajari dari kejadian ini, yang terpenting sehat itu mahal dan kita harus
selalu bersyukur dengan apa yang kita miliki, kita harus bisa menjaga dan merawatnya.
Kehilangan salah satu anggota tubuh
itu sangat menyakitkan tapi hal itu adalah yang terbaik untuk kehidupan yang lebih
baik lagi. Dan jangan pernah menyepelekan luka sekecil apapun yang kita punya, tidak
usah perduli dengan omongan orang
lain, karena yang tahu tentang diri kita adalah kita sendiri.
Setelah diamputasi L melanjutkan
perawatannya dirumah sakit selama kurang lebih 1 bulan. Untuk pemulihan kakinya
dan TBC yang dideritanya. Setelah semuanya sembuh L pun kembali melakukan
aktivitasnya dan mulai menyesuaikan diri dengan kondisinya sekarang. Dan
orang-orang disekeliling L selalu memberi suport kepada L dan membuat L semakin
semangat dan bersyukur.
NOTE
L
: Subjek
M
: Ibu Subjek
A
: Terapis Subjek
KESIMPULAN
Tidak semua orang bisa seperti L, harus
menderita penyakit serius diusia muda. Dan akhirnya harus kehilangan kakinya. Kita
yang sehat harus bisa lebih bersyukur dengan keadaan kita. Dan harus menjaga
kesehatan kita.
Terapi yang digunakan adalah Person Centered Therapy Rogers yaitu setiap
orang menjalani hidup di dunia secara berbeda dan mengetahui pengalaman
terbaiknya. Maka dengan pandangan ini, terapi person-centered berakar pada kesanggupan
seseorang (klien) untuk sadar dan membuat putusan-putusan. Dalam hubungan
konseling, konselor lebih banyak memberikan kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan segala permasalahan, perasaan dan persepsinya, dan konselor
merefleksikan segala yang diungkapkan oleh klien.
Teknik terapis yang digunakan
adalah Evolusi Metode Terpusat Pada Pribadi yaitu Dalam kerangka terpusat pada
pribadi “tekniknya” adalah mendengarkan, menerima, menghormati, memahami dan
berbagi. Tekniknya haruslah ungkapan yang jujur dari terapinya. Pendekatan
berpusat pada pribadi yang ada sekarang dipahami sebagai yang terutama untuk
proses menolong klien bisa menemukan makna personal yang baru dan lebih
memuaskan tentang dirinya sendiri dan dunia tempat ia tinggal.
SUMBER
Chethik,
M. (2000). Techniques of Child Therapy.
2nd edition. New York: The Guilford Press.
Hurlock, E. B. (1991). Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Almasitoh, U. (2012). Model Terapi dalam Keluarga. Magistra.
Nietzel,
M. 1998. Introduction To Clinical
Psychology. Simon & Schuster /
Aviacom Company. Upper Saddle River: New Jersey.