Rabu, 07 Juni 2017

TUGAS 3 PSIKOTERAPI

TUGAS SOFTSKILL PSIKOTERAPI
KELOMPOK 5

Nama Anggota :
Ø  Andinta Castine Putri (11514093)
Ø  Deanysa Buggy Asih (12514590)
Ø  Elfa Inkabaturia Ciptanti (13514486)
Ø  Maulana Prakasa AF (16514471)
Kelas : 3PA18

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2017
A.  Terapi Bermain
1.      Pengertian Terapi Bermain
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak.
Menurut Thompson dan Henderson (2007) terapi bermain adalah penggunaan model-model teoritis secara sistematis untuk menjalin sebuah proses interpersonal dimana seorang terapis menggunakan kekuatan-kekuatan terapetik dari kegiatan bermain, untuk membantu para klien dalam mencegah atau mengatasi masalah-masalah psikososial dan mencapai taraf pertumbuhan dan perkembangan secara optimal.
Terapi Bermain adalah pemanfaatan permainan sebagai media yang efektif oleh terapis, untuk membantu klien mencegah atau menyelesaikan kesulitan-kesulitan psikososial, mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal melalui eksplorasi atau ekspresi diri.

2.      Unsur – Unsur Terapi Bermain
a.       Melepas ketegangan-ketegangan yang menghimpit hatinya
b.      Melatih keterampilan melalui panca inderanya atau sensori motorik
c.       Dilakukan dengan gembira, bahagia dengan fantasinya dapat berkembang
d.      Kebebasan memilih dan menentukan alat bermainnya
e.       Membantu melancarkan dan mengembangkan fungsi faal tubuhnya (fisiologi) Misal : pernafasan, peredaran darah dan pencernaan makanan (psikomotorik)
f.       Mampu mengembangkan kemampuan diri anak semaksimal mungkin sesuai dengan prestasi dirinya.




3.      Teknik – Teknik Terapi Bermain
a.         Permainan boneka
Boneka memberikan suatu cara yang tidak mengancam untuk anak-anak bermain di luar pikiran dan perasaan mereka. Selama bermain dengan boneka anak-anak melakukan beberapa hal seperti berikut ini :
1)        Mengidentifikasikan diri dengan boneka
2)        Memproyeksikan perasaan sendiri dalam figur permainan
3)        Memindahkan konfliknya dalam figur permainan
b.         Permainan boneka wayang
Gerakan wayang atau boneka memungkinkan anak menceritakan cerita - cerita yang kaya dalam bentuk simbol dan untuk menciptakan fantasi-fantasi mereka. Manfaat permainan boneka wayang :
1)        Melalu gerakan boneka, anak dapat menghadapi pikiran dan perasaan yang sulit untuk mereka akui sebagai diri sendiri.
2)        Dengan menggunakan boneka, anak dapat menciptakan orang lain dan berinteraksi serta mengungkapkan pikiran dan perasaannya sekaligus kemarahannya yang dalam kehidupan nyata tidak bisa dilakukannya.
3)        Anak-anak juga dapat menciptakan tokoh yang tidak bisa diungkapkannya sendiri Permainan dengan boneka dapat merupakan kegiatan kelompok yang menarik dan dapat digunakan dengan kelompok anak-anak yang kebih besar atau kecil, terutama dalam lingkungan sekolah. Dengan bermain boneka dalam kelompok, membuat anak saling menghargai sudut pandang orang lain, dapat memecahkan masalah dan keterampilan sosial.
c.         Bercerita
Secara psikologis membaca atau bercerita merupakan salah satu bentuk bermain yang paling sehat. Kebanyakan anak kecil lebih menyukai cerita tentang orang dan hewan yang dikenalnya. Mereka menyukai karakter ini karenan kualitas pribadi dan humornya. Karena mereka mampu mengidentifikasi diri dengan hewan, mereka memperoleh kegembiraan yang besar dari mendengar hal-hal yang dilakukan karakter itu.
d.        Bermain Papan
Sebagian besar permainan dengan papan dirancang untuk dimainkan oleh empat sampai enam orang, dan mereka meliputi permainan papan di kamar tamu sama sepeti permainan terapeutik atau permainan yang dirancang dengan pikiran terapi. Permainan papan membantu anak memusatkan perhatian mereka, internalisasi disiplin diri, dan belajar untuk menang dan kalah dengan mulus. Permainan juga membentuk kepercayaan, membantu anak mengembangkan kognitif, motor, dan ketrampilan sosial, mempertinggi harga diri dan percaya diri. Permainan terapeutik mempunyai keuntungan tambahan dimana dunia pikiran, perasaan, sikap dan tingkah laku pribadi anak. Pikiran ini dirancang untuk memberikan informasi tentang minat, sikap, kepercayaan, nilai, pertahanan diri dan dinamika keluarga anak.
e.         Bermain Pasir
Anak - anak suka bermain di pasir, baik di pantai, di halaman belakang, atau di ruang bermain. Dengan mengaduk pasir dengan air, mereka menciptakan sungai dan kolam. Ketika ditambahkan dengan mainan miniature, fantasi-fantasi dan impian kembali hidup, dan terapis secara khusus melihat sekilas ke dalam dunia inner anak. Ketika kotak pasir dibawa ke ruang terapi bermain, anak-anak diberikan kegembiraan, rileks, dan medium terapeutik.

B.  Terapi Keluarga
1.      Pengertian Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah model terapi yang bertujuan mengubah pola interaksi keluarga sehingga bisa membenahi masalah-masalah dalam keluarga. Terapi keluarga muncul dari observasi bahwa masalah - masalah yang ada pada terapi individual mempunyai konsekwensi dan konteks social. Contohnya, klien yang menunjukkan peningkatan selama menjalani terapi individual, bisa terganggu lagi setelah kembali pada keluarganya. Menurut teori awal dari psikopatologi, lingkungan keluarga dan interksi orang tua- anak adalah penyebab dari perilaku maladaptive.
Teori keluarga memiliki pandangan bahwa keluarga adalah fokus unit utama. Keluarga inti secara tradisional dipandang sebagai sekelompok orang yang dihubungkan oleh ikatan darah dan ikatan hukum. Fungsi keluarga adalah sebagai tempat saling bertukar antara anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional setiap individu. Untuk menjaga struktur mereka, sistem keluarga memiliki aturan, prinsip-prinsip yang memungkinkan mereka untuk melakukan tugas-tugas hidup sehari-hari. Beberapa peraturan yang dinegosiasikan secara terbuka dan terang-terangan, sedangkan yang lain terucap dan rahasia. Keluarga sehat memiliki aturan yang konsisten, jelas, danditegakkan dari waktu ke waktu tetapi dapat disesuaikan dengan perubahan perkembangan kebutuhan keluarga. Setiap anggota keluarga memiliki peranan yang jelas terkait dengan posisi sosial mereka.
Terapi keluarga sering dimulai dengan fokus pada satu anggota keluarga yang mempunyai masalah. Khususnya, klien yang diidentifikasi adalah remaja laki-laki yang sulit diatur oleh orang tuanya atau gadis remaja yang mempunyai masalah makan. Sesegara mungkin, terapis akan berusaha untuk mengidentifikasi masalah keluarga atau komunikasi keluarga yang salah, untuk mendorong semua anggota keluarga mengintrospeksi diri menyangkut masalah yang muncul. Tujuan umum terapi keluarga adalah meningkatkan komunikasi karena keluarga bermasalah sering percaya pada  pemahaman tentang arti penting dari komunikasi.
Terapi keluarga mengajarkan penyelesaian tanpa paksaan, mengajarkan orang tua untuk menetapkan kedisiplinan pada anak-anak mereka, mendorong tiap anggota keluarga untuk berkomunikasi secara jelas satu sama lain, mendidik anggota keluarga dalam prinsip perubahan perilaku, tidak menekankan kesalahan pada satu anggota akan tetapi membantu anggota keluarga apakah hyarapan terhadap anggota yang lain masuk akal.
Pendekatan berpengaruh yang lain disebut strategi atau terapi keluarga terstruktur. Disini, terapis berusaha menemukan problem utama dari masalah klien dalam konteks keluarga, bukan sebagai masalah individual. Tujuannya adalah untuk mengurangi sikap menyalahkan yang mengarah pada satu orang. Contohnya, terapis menyampaikan bahwa perilaku menentang dan agresif dari remaja mungkin adalah tanda dari ketidakamanan remaja atau alasan untuk mendapatkan perhatian yang lebih dari ayahnya. Pada banyak keluarga yang mengalami stress, pesan emosional begitu tersembunyi sehingga anggota keluarga lebih sering berbicara tanpa berbuat. Mereka sering mengasumsikan bahwa mereka dapat “saling membaca pikiran masing-masing”.
2.      Unsur – unsur Terapi Keluarga
Terapi keluarga didasarkan pada teori system yang terdiri dari 3 prinsip. Pertama adalah kausalitas sirkular, artinya peristiwa berhubungan dan saling bergantung bukan ditentukan dalam sebab satu arah -efek perhubungan. Jadi, tidak ada anggota keluarga yang menjadi penyebab masalah lain; perilaku tiap anggota tergantung pada perbedaan tingkat antara satu dengan yang lainnya. Prinsip kedua, ekologi, mengatakan bahwa system hanya dapat dimengerti  sebagai pola integrasi, tidak sebagai kumpulan dari bagian komponen. Dalam system keluarga, perubahan perilaku salah satu anggota akan mempengaruhi yang lain. Prinsip ketiga adalah subjektivitas yang artinya tidak ada pandangan yang objektif terhadap suatu masalah, tiap anggota keluarga mempunyai persepsi sendiri dari masalah keluarga.
Terapi keluarga tidak bisa digunakan bila tidak mungkin untuk mempertahankan atau memperbaiki hubungan kerja antar anggota kunci keluarga. Tanpa adanya kesadaran akan pentingnya menyelesaikan masalah pada setiap anggota inti keluarga, maka terapi keluarga sulit dilaksanakan. Bahkan meskipun seluruh anggota keluarga datang atau mau terlibat, namun beberapa system dalam keluarga akan sangat rentan untuk terlibat dalam terapi keluarga.
3.      Proses dan Teknik Terapi Keluarga
Dalam perjalanannya, untuk membedakan suatu dimensi dari berorientasi individu ke sistem yang diorientasikan pemikiran, keluarga therapists dapat diuraikan seperti kepala perguruan tinggi/ dirigen. Dirigen, sebagai pembanding, cenderung ke program dan mengorganisir cara bekerja, menentukan agenda, menugaskan tugas, dan dengan aktif menanyai dan mengajar. Dalam kasus Ackerman, ini mungkin dalam rangka menghilangkan pengingkaran dan kemunafikan, menuntut anggota keluarga untuk lebih membuka dengan dia dan dengan diri mereka. Ia menghadapi seksual, agresif, dan perasaan tergantung. Cara nya besar, yakin, dan jujur. Satir, pada sisi lain, menjadikan dirinya sebagai guru dan tenaga ahli di  komunikasi. Dia mengarahkan ke diskusi, dan menunjukkan permasalahan dalam hal komunikasi. Dia menetapkan dirinya sebagai contoh komunikasi yang jelas, penggunaan yang sederhana dan kata-katanya jelas, dan menjelaskan prinsip nya kepada keluarga.
Meskipun demikian terkait dengan segi manusia yang lain yang dapat merasakan dan interaksi, dia pada dasarnya seorang guru dan contoh yang memiliki kejelasan dalam berkomunikasi. Bagaimanapun, apakah lebih sebagai kondektur atau reaktor, Ackerman dan Satir, semua keluarga therapists perlu bermain suatu peran yang lebih aktif dibanding yang sudah biasa dalam individu therapy. Therapist harus yang lebih memiliki kemampuan dalam penggunaan kendali, melembutkan argumentasi, dan memandu diskusi. Terapi keluarga meletakkan therapist dalam suatu hubungan yang berbeda dengan klien nya dibanding dalam  terapi kelompok atau individu. Ia tidak dimulai dari dasar yang sama atau dari sama sama ketidak-tahuan. Anggota keluarga masuk dengan suatu pengalaman umum; therapist adalah orang luar. Dalam pelaksanaan bahkan untuk mengerti sindiran sindiran mereka untuk membagi bersama pengalaman, ia harus belajar ke kultur keluarga, bahasa dan aturan. Therapist harus sampai kepada dalamnya sistem keluarga memahami dan bekerja dengan itu. Sekalipun begitu ia tidak bisa menjadi 'yang diatur & bagian dari sistem', karena ia harus menyendiri dari itu dalam rangka memahami aktivitas nya dan untuk memandu perubahan nya. Begitu, sisanya antar detasemen dan keterlibatan menjadi yang lebih dikritisi dalam keluarga therapy dibanding dalam bentuk lain psikoterapi. Cara-cara lain, adalah dengan  berbagi tugas yang umum dari semua therapists, untuk menyediakan suatu atmospir yang mendukung dan aman untuk menghadapi pengalaman menyakitkan.
Therapy umumnya mulai dengan usaha untuk menemukan apa yang sedang mengganggu keluarga dan apa yang mereka harapkan melalui terapi ini. Sesi pertama atau kedua hanya boleh melibatkan pasangan yang sudah menikah, dimana sebagai pemimpin menyangkut keluarga. Yang secara khas cukup, masalah yang ada dikaitkan dengan perilaku yang menganggu menyangkut pasien yang dikenali "Pemuda lontang lantung mogok sekolah, dan menggunakan narkoba." Itu hampir suatu kebenaran mutlak bahwa semua anggota keluarga tidak membagi dugaan yang sama tentang apa yang salah, mengapa masalah datang, atau seberapa penting hal itu diharapkan untuk di tritmen bersama-sama. Untuk memperjelas gabungan persepsi dan alasan adalah suatu awal tugas penting. Dalam proses yang sama, therapis berusaha untuk mengkomunikasikan sebagian dari peraturan utama, bahwa semua anggota akan diperlakukan sebagai individu, mereka akan masing-masing diharapkan untuk mengambil bagian, dan poin-poin pandangan mereka akan dihargai.
4. Pendekatan Terapi Keluarga
1.    Network therapy
Secara  logika,  terapi  keluarga  adalah  perluasan  dari  simultan  dengan semua  yang  tersedia  dari  system  kekeluargaan,  teman,  dan  tetangga serta  siapa  saja  yang  berkepentingan  untuk  memupuk  rasa  kekeluargaan   ( Speck and Attneave, 1971).
2.      Multiple-impact therapy
Multiple-impact  therapy  biasanya  dapat  membantu  remaja pada  saat  mengalami  krisis  situasi  ( MacGregor et al.,1964 ). Tim kesehatan mental bekerja dengan keluarga yang beramasalah selama dua hari. Setelah dibei pengarahan, anggota tim akan dipasangkan dengan  salah satua atau lebih anggota keluarga dengan beberapa varisasi kombinasi. Mungkin ibu dan putrinya dapat ditangani oleh satu orang terapist, sedangkan ayah ditangani secara individual sepert halnya anak laki-lakinya. Bila dibutuhkan regroup diperbolehkan untuk mengeksplorasi maslah keluarga yang rumit. Tujuan dari terapi adalah untuk reorganisasi sistem keluarga sehingga dapat terhindar dari malfungsi. Diharapkan sistem keluarga menjadi lebih terbuka dan adaptif, untuk itu terus dilakukan followup.
3.      Multiple- family and multiple- couple group therapy
Masa  kegiatan  kelompok  keluarga  selanjutnya  menimbulkan  suatu  keadaan  yang  biasa  untuk  membantu  masalah  emosional ( e.g., Laqueur, 1972 ). Model  ini,  partisipan  tidak  dapat  memeriksa  satu  persatu  dengan  mentransaksi  keluarga  kecil  mereka  tetapi  mengalami  simultan  mengenai  masalah  ekspresi  oleh  keluarga  dan  pasangan  suami  istri. Dengan  demikian,  terapi  kelompok  ini  dapat  menunjang  pemikiran  pada  pasangan  suami  istri.







Dialog yang menggunakan  Person Centered Therapy (Rogers)
PROLOG
          L adalah gadis yang cantik, ceria, mudah bergaul dan pinter di kelasnya. L anak satu-satunya dari seorang wanita single parents yang kaya dan sukses. Sampai suatu hari L berangkat sekolah dianter oleh pamannya menggunakan sepeda motor dan mengalami kecelakaan tunggal dan L mengalami luka dimata kakinya dan karena luka itu hanya memar L tidak perduli dan tidak pernah memeriksanya kedokter dan L melanjutkan aktivitasnya seperti biasa. 3bulan setelah kejadian itu L kembali jatuh dari motor dan mengalami luka yang sama yaitu di mata kakinya dan terasa sangat sakit, akhirnya L meminta ibunya untuk mencari tukang urut untuk mengurut kakinya agar lebih baik, setelah di urut kaki L pun menjadi lebih baik dan besoknya L memutuskan untuk naik gunung papadayan bersama teman-temannya. Setelah pulang dari mendaki gunung kaki L semakin sakit dan terlihat membengkak, dan L meminta ibunya untuk memanggil tukang urut dan mengurut kakinya lagi, ternyata selama diurut L merasa sangat kesakitan sampai menangis dan akhirnya dibawa kerumah sakit oleh ibunya. Rumah sakit hanya mengatakan kalau kaki L hanya terdapat gumpalan darah dan L di berikan obat-obatan dan harus di habiskan, tetapi saat obat-obat yang diberikan hampir habis kaki L tidak mengalami perubahan dan semakin bengkak. Dan akhirnya L memeriksakan kakinya kerumah sakit yang lain dan hasilnya pun sama, karena penasaran akhirnya L kerumah sakit lain dan setelah dilakukan pemeriksaan dengan mengambil cairan ditulangnya akhirnya diketahui bahwa L mengalami kanker langka yaitu Sarkoma Ewing stadium lanjut dan membuat kakinya semakin membesar dan mengeluarkan nanah, akhirnya dokter memutuskan untuk mengamputasi kaki kanan L. Dan L juga mengidap penyakit TBC. Setelah mengetahuinya akhirnya L dibawa kerumah sakit Dharmais untuk pengobatan.
DIALOG
L     :      Mengapa semua ini terjadi kepada ku ma ? apa salah ku ma ? aku masih                            muda (sambil menangis dan memukul kakinya).
M    :      Tenang sayang mama akan berikan pengobatan yang terbaik untuk kamu,                         mama yakin kamu bisa sehat, dan ceria lagi seperti biasa (sambil terus menenangkan L).
L     :      Aku malu ma, kenapa kaki aku begini ? aku engga pernah jahat sama                                orang lain, kenapa harus aku yang sakit, diluar sana banyak orang jahat, kenapa harus aku ma kenapa ?
M    :      Allah sayang sama kita, pasti kita bisa melewati semua itu.
L     :      Aku engga percaya sama ALLAH, aku mau mati aja ma, aku malu, aku                            engga mau nyusahin mama, untuk apa aku hidup ma ? engga ada                                               gunanya (sambil menangis).
M    :      Apa yang kamu katakan sayang, kalau kamu mati mama sama siapa ?                                kamu tega melihat mama sendirian hidup didunia ini, jangan pernah tinggalkan mama sendirian, mama yakin kamu akan sembuh (sambil memeluk L).
L     :      Aku mau sendiri mah, bisakah tinggalkan aku sendiri.
              M pun meninggalkan L sendirinya. M sholat dan minta petunjuk kepada Allah, apa yang harus iya lakukan. Dan akhirnya M mendapatkan pencerahan dan M percaya bahwa dokter yang mengobati fisiknya L saja tidak cukup karena L juga membutuhkan seseorang yang bisa mengobati psikisnya dan membuatnya yakin kalau L dapat sembuh seperti semula. Akhirnya M memutuskan untuk mencari seorang terapis. Dan terapis itu bernama A.
A    :      Selamat pagi L, apa kabarnya hari ini ? (sambil tersenyum)
L     :      Siapa kamu ? kenapa kamu disini ? yang boleh kesini hanya dokter,                                  suster dan mama saja (sambil menatap tajam kearah A)
A    :      Kenapa hanya boleh dokter, suster dan mama saja yang kesini ? teman-                            temanmu kenapa tidak boleh ? bukannya kalau rame lebih  menyenangkan, disini kan sepi sekali kalau ada teman-teman pasti lebih rame.
L     :      Bukan urusan kamu, pergi sana !!!!!
A    :      Saya diminta oleh mama kamu untuk menemani kamu disini hari ini,                                 karena mama kamu ada pekerjaan penting yang tidak bisa ditinggalkan
L     :      Selalu seperti itu, pekerjaan selalu lebih penting, anak lagi sakit                                          ditinggalin dengan orang asing yang aneh ini, kenapa engga ada yang  sayang dan peduli dengan aku ? lebih baik aku mati dari pada harus hidup sendirian seperti ini.
A    :      Semuanya sayang sama kamu
L     :      Tahu apa anda tentang sayang ? kenal aja engga jadi engga usah soooo tau tentang sayang
A    :      Kaki mu kenapa ? kenapa harus selalu ditutupi oleh selimut kan gerah
L     :      Kaki ini ? kaki yang lebih besar dari kaki gajah dan sebentar lagi harus di  potong, kaki yang engga ada gunanya dan malah bikin susah ini. (sambil membuka selimut yang menutupi kakinya)
A    :      Kenapa kamu berbicara seperti itu ?
L     :      Saya ini masih muda, saya berprestasi disekolah saya mempunyai banyak  teman, tapi karena kaki ini dan TBC, membuat saya tidak bisa berjalan lagi dan membuat saya menjadi sangat kurus, sangat menyeramkan. Saya malu, saya tidak mau dilihat oleh oranglain dengan kondisi saya seperti  ini, mereka pasti menertawakan saya.
A    :      Apakah kamu tahu kalau teman-temanmu menunggumu diluar dari tadi                            pagi ?
L     :      Benarkah ?
              Dan akhirnya teman-teman L pun masuk kedalam ruang perawatan L sambil membawa bunga, balon, kue, dan boneka. Mereka bergantian memeluk L dan memberikan semangat kepada L agar bisa segera sembuh dan segera kembali melakukan aktivitas. Suasana ruang perawatan pun sangat ramai dan membuat L lebih semangat untuk melawan penyakitnya agar cepat sembuh dan L tertawa  bersama temannya. Dan A mengawasi L dan teman-temannya di sudut ruangan. Setelah teman-temannya pergi A menghampiri L.
A    :      Mengapa kamu sangat senang sekarang ?
L     :      Saya baru sadar kalau ternyata teman-teman saya sangat menyayangi                                saya dan bahkan tidak ada yang menertawakan saya. Bahkan mereka                                     menginginkan saya segera sembuh. Dan mama ternyata yang mengirim mereka kesini. Walaupun mama sibuk tapi mama tidak pernah ingin aku sendiri, mama sibuk juga untuk aku. Ternyata aku adalah seseorang yang beruntung karena dikelilingi oleh orang-orang yang menyayangi aku dan  aku harus segera sembuh. Aku bersedia di amputasi yang penting aku  harus sembuh. Karena dokter tau yang terbaik untuk aku. Dan aku mau selalu ada disamping mama, jadi aku harus sembuh aku engga boleh  terus-terus nangis dan meratapi ini. Aku harus sembuh.
A    :      Apa kamu yakin dengan keputusan kamu untuk amputasi itu artinya                                 kamu akan kehilangan kaki kanan mu
L     :      Iya saya sangat yakin, kalau hari ini pun harus di amputasi pun aku siap,  aku tidak ingin kanker ini semakin menjalar dan menyiksa ku. Banyak diluar sana orang yang tidak memiliki kaki tetapi tetap bisa sukses dan mandiri, dan aku yakin kalau aku pun bisa seperti mereka bahkan aku  yakin aku bisa lebih baik. Kalau aku terus ada disini berapa banyak uang yang harus dikeluarkan mama untuk pengobatan aku. Aku satu-satunya  anak mama, aku engga boleh terus menyusahkan mama, aku harus bisa  mandiri dan harus bisa membuat mama senang. Karena selama disini aku  sadar bahwa mama sering nangis dan jarang sekali tidur. Aku engga mau  mama jadi ikutan sakit gara-gara aku.
              Dan akhirnya hari yang ditunggu L pun tiba, hari dimana kakinya harus di amputasi dan itu artinya sedikit mengurangi penderitaannya dan L akan menjalankan sisa hidupnya hanya dengan satu kaki.
A    :      Selamat pagi, apa kabarnya ?
L     :      Selamat pagi juga, saya baik
A    :      Bagaimana kondisimu sekarang ?
L     :      Badan ku terasa lebih ringan, karena kaki yang lebih besar dari kaki                                  gajah itu sudah diambil dan kata dokter kalau aku terlambat diamputasi  kaki ku akan semakin membusuk dan kemungkinan aku untuk sembuh  semakin kecil. Aku sekarang sangat bersyukur karena kemungkinan aku    untuk sembuh semakin besar dan aku akan segera keluar dari rumah sakit  ini, aku sudah sangat bosan terus berada disini.
A    :      Apa yang ingin kamu lakukan setelah keluar dari rumah sakit ?
L     :      Aku ingin segera bersekolah, karena sudah hampir 4bulan aku tidak                                  sekolah dan aku hanya terdiam dirumah sakit. Aku pasti ketinggalan banyak pelajaran, aku tidak mau kalau aku sampai tidak naik kelas, mama kamu pasti sangat sedih kalau aku sampai tidak naik kelas. Aku hanya ingin mama selalu tersenyum aku dan mama selalu sehat.
A    :      Apa kamu tidak malu dengan kondisimu jika kamu bersekolah ?
L     :      Kenapa harus malu, aku justru bangga karena aku bisa bangkit bisa                                   sembuh melawan penyakit yang sangat ganas. Dan aku tidak pernah perduli dengan orang yang membicarakan hal buruk tentangku. Karena mereka tidak pernah ada diposisi ku dan tidak pernah merasakan apa  yang sudah aku lalui sampai saat ini.
A    :      Apa kamu yakin bisa menjalankan hidup hanya dengan satu kaki ?
L     :      Aku sangat yakin, karena untuk apa aku hidup dengan kedua kaki, tapi                            harus terus-menerus berbaring ditempat tidur ini, harus terus merasakan sakit dan nyerinya kaki ini setiap saat. Bukankah kita tidak boleh selalu terpuruk dengan keadaan, kita bangkit dan aku selalu percaya bahwa ALLAH tidak akan pernah memberikan cobaan diluar batas kemampuan                  umatnya. Dan pasti selalu ada jalan keluar dibalik setiap cobaan yang penting kita harus selalu berusaha dan sabar menjalani setiap cobaan yang ada.
A    :      Pelajaran apa yang bisa kamu ambil dari kejadian ini ?
L     :      Banyak hal yang aku pelajari dari kejadian ini, yang terpenting sehat itu                            mahal dan kita harus selalu bersyukur dengan apa yang kita miliki, kita harus bisa menjaga dan merawatnya. Kehilangan salah satu anggota tubuh itu sangat menyakitkan tapi hal itu adalah yang terbaik untuk  kehidupan yang lebih baik lagi. Dan jangan pernah menyepelekan luka                           sekecil apapun yang kita punya, tidak usah perduli dengan omongan orang lain, karena yang tahu tentang diri kita adalah kita sendiri.
              Setelah diamputasi L melanjutkan perawatannya dirumah sakit selama kurang lebih 1 bulan. Untuk pemulihan kakinya dan TBC yang dideritanya. Setelah semuanya sembuh L pun kembali melakukan aktivitasnya dan mulai menyesuaikan diri dengan kondisinya sekarang. Dan orang-orang disekeliling L selalu memberi suport kepada L dan membuat L semakin semangat dan bersyukur.
NOTE
L : Subjek
M : Ibu Subjek
A : Terapis Subjek
KESIMPULAN
              Tidak semua orang bisa seperti L, harus menderita penyakit serius diusia muda. Dan akhirnya harus kehilangan kakinya. Kita yang sehat harus bisa lebih bersyukur dengan keadaan kita. Dan harus menjaga kesehatan kita.
              Terapi yang digunakan adalah Person Centered Therapy Rogers yaitu setiap orang menjalani hidup di dunia secara berbeda dan mengetahui pengalaman terbaiknya. Maka dengan pandangan ini, terapi person-centered berakar pada kesanggupan seseorang (klien) untuk sadar dan membuat putusan-putusan. Dalam hubungan konseling, konselor lebih banyak memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan segala permasalahan, perasaan dan persepsinya, dan konselor merefleksikan segala yang diungkapkan oleh klien.
              Teknik terapis yang digunakan adalah Evolusi Metode Terpusat Pada Pribadi yaitu Dalam kerangka terpusat pada pribadi “tekniknya” adalah mendengarkan, menerima, menghormati, memahami dan berbagi. Tekniknya haruslah ungkapan yang jujur dari terapinya. Pendekatan berpusat pada pribadi yang ada sekarang dipahami sebagai yang terutama untuk proses menolong klien bisa menemukan makna personal yang baru dan lebih memuaskan tentang dirinya sendiri dan dunia tempat ia tinggal.



SUMBER

Chethik, M. (2000). Techniques of Child Therapy. 2nd edition. New York: The Guilford Press.
Hurlock, E. B. (1991). Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta:  Erlangga.
Almasitoh, U. (2012). Model Terapi dalam Keluarga. Magistra.
Nietzel, M. 1998. Introduction To Clinical Psychology. Simon & Schuster /  Aviacom Company. Upper Saddle River: New Jersey.