Selasa, 21 Maret 2017

TULISAN STUDI KASUS HUMANISTIK EKSISTENSIAL

TULISAN
CONTOH KASUS :
            Proses ini berjalan dengan formal tetapi nyaman, dengan tetap memegang teguh etika. Seorang wanita muda datang ke tempat praktek seorang psikolog karena memiliki permasalahan. Klien berinisial T datang dengan menceritakan keluh kesahnya karena hamil diluar nikah. Klien malu, bingung harus berbuat apa. Berbagai cara klien lakukan untuk menggugurkan kandungannya seperti meminum obat, di pijat dan bahkan klien pernah berniat untuk menjual anaknya kepada sepasang suami istri yang sudah lama tidak memiliki anak. Klien tidak berani untuk pulang kerumah karena sebelum mengetahui kalau klien sedang hamil ayah klien pernah berpesan akan membunuh klien jika klien membuat malu keluarga, hal itu yang membuat klien akhirnya memutuskan untuk kabur dari rumah dan takut untuk pulang kerumah. Laki-laki yang menghamili klien adalah seorang duda dengan dua orang anak yang belum resmi bercerai dengan istri pertamanya dan memiliki selisih umur yang sangat jauh berbeda dengan klien. Klien berusia 17thn dan laki-laki itu berusia 25thn. Tugas konselor adalah menyadarkan konseli bahwa ia masih ada di dunia ini dan hidupnya dapat bermakna apabila ia memaknainya. Dalam terapi humanistik eksistensial yang perlu di perhatikan oleh konselor eksistensial adalah memahami dunia subyektif si klien agar bisa menolongnya untuk bisa sampai pada pemahaman dan pilihan-pilihan baru tentang menjadi manusia yang utuh, apa makna menjadi manusia, dan apa makna keberadaannya. Mereka dapat mengekspresikan ketakutan mereka, rasa bersalah, kecemasan, malu, kebencian, kemarahan, dan lain sebagainya. Dengan terapi mereka semakin menemukan aspek dalam diri mereka yang telah disimpan tersembunyi. Sebagai klien merasa dimengerti dan diterima, menjadi lebih terbuka terhadap pengalaman mereka. Karena mereka merasa lebih aman. Setelah itu konselor memberikan kata-kata penutup yang baik dan memotivasi sehingga klien dapat pulang dengan suasana hati yang lebih nyaman dan tenang untuk segera menyelesaikan masalahnya dan menjelaskannya secara baik-baik dengan orangtuanya dan meminta laki-laki itu untuk bertanggung jawab dnegan apa yang telah dilakukannya karena bayi yang ada didalam kandungannya tidak bersalah. Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan klien.
            Dari contoh kasus T dapat diambil kesimpulan bahwa alasan klien mencari psikolog adalah perasaan takut, bersalah, bingung, menyesal, tidak percaya diri, dan ketidakmampuan untuk membuat keputusan untuk mengarahkan hidupnya sendiri. T diarahkan untuk segera pulang kerumah dan menjelaskannya secara baik-baik dengan orangtuanya dan meminta laki-laki itu untuk bertanggung jawab dnegan apa yang telah dilakukannya karena bayi yang dikandungannya tidak bersalah. Terapi difokuskan ke saat yang sekarang agar T dapat melanjutkan hidupnya dan tetap bahagia demi bayi yang ada didalam kandungannya. Dari contoh kasus tersebut inti dari terapi ini adalah penggunaan pribadi terapi yang kapasitas untuk sadar akan dirinya, meningkatkan kesadaran diri yang memotivasi atau mempengaruhi seseorang dan tujuan hidup individu itu
Teknik-Teknik Yang Digunakan Dalam Konseling Eksistensial-Humanistik, Yaitu:
1. Penerimaan : Dengan cara meyakinkan klien untuk tetap menerima bayi yang ada dikandungannya karena bayi itu tidak bersalah
2. Rasa Hormat : Dengan cara menyakinkan klien untuk segera pulang karena orangtuanya menunggu dirumah
3.   Memahami : Dengan cara menyakinkan klien kalau ayahnya tidak akan pernah membunuhnya walaupun klien sudah membuat malu nama keluarga
4.    Menentramkan : Dengan cara menyakinkan klien kalau semua akan baik-baik saja
5. Memberi Dorongan : Dengan cara menyakinkan klien kalau ia masih ada di dunia ini dan hidupnya dapat bermakna apabila ia memaknainya dengan cara bersyukur atas


SUMBER : membuat studi kasus sendiri


TUGAS 1 PSIKOTERAPI

TUGAS
I.          PSIKOTERAPI
1.    Definisi Psikoterapi
Psikoterapi secara etimologis mempunyai arti sederhana, yakni “psyche” yang diartikan sebagai jiwa dan “theraphy” dari bahasa yunani yang berarti merawat atau mengasuh. Dalam bahasa arab psyche dapat dipadankan dengan “nafs” dengan bentuk jama’nya “anfus” atau “nufus” yang berarti jiwa, ruh, darah, jasad, orang diri dan sendiri. Sedangkan therapy berarti penyembuhan atau pengobatan. Psikoterapi adalah cara-cara atau pendekatan yang menggunakan teknik-teknik psikologik untuk menghadapi pasien yang mengalami gangguan psikis atau hambatan kepribadian. Ada beberapa pendapat yang dikemukakan para ahli diantaranya :
A.  Corsini : Psikoterapi adalah proses moral dari interaksi dari dua pihak dengan tujuan untuk keadaan yang tidak menyenangkan pada salah satu bidang.
B.  Lewis R. Worberg M.D. : Psikoterapi adalah perasaan dengan menggunakan alat-alat psikologi terhadap permasalahan yang berasal dari kehidupan emosional dimana seorang ahli secara sengaja menciptakan hubungan profesional dengan pasien yang bertujuan ; menghilangkan, mengubah atau menurunkan gejala-gejala yang ada.
C.  Warson dan Morse : Psikoterapi adalah bentuk khusus dari interaksi antara dua orang pasien dan terapis pada mana memiliki dari interaksi.
D.  C. P. Chaplin : Psikoterapi adalah penyembuhan lewat keyakinan agama dan diskusi personal dengan para guru ataupun teman.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas, maka pengertian psikoterapi adalah proses perawatan atau penyembuhan penyakit kejiwaan melalui teknik dan metode psikologi. Definisi Psikoterapi lainnya Interaksi sistematis klien-terapis dengan memanfaatkan prinsip psikologis, untuk melakukan perubahan pikiran, perasaan dan perilaku klien, dengan tujuan membantu klien mengatasi perilaku abnormal, memecahkan masalah dan atau berkembang sebagai individu.
2.    Tujuan Psikoterapi
Membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien dalam menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat dan bekerja melalui konflik-konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual. Memberikan jalan terhadap potensi yang dimiliki seseorang dan menemukan sendiri arahnya secara wajar. Menemukan dirinya sendiri yang nyata atau yang ideal dan mengeksplorasi emosi yang majemuk serta memberi jalan bagi pertumbuhannya yang unik. agar seseorang menyadari mengenai kehidupannya dan bertanggung jawab terhadap arah kehidupan seseorang. Memperoleh pandangan dalam hidup secara rasional dan toleran.
Dapat disimpulkan bahwa beberapa tujuan psikoterapi antara lain : Perawatan akut (intervensi krisis dan stabilisasi), Rehabilitasi (memperbaiki gangguan perilaku berat), Pemeliharaan (pencegahan keadaan memburuk dijangka panjang), Restrukturisasi (meningkatkan perubahan yang terus menerus kepada pasien).
3.    Ciri-Ciri Psikoterapi
Ada tiga ciri utama psikoterapi, yaitu:
A.    Dari segi proses :  berupa interaksi antara dua pihak, formal, profesional, legal dan menganut kode etik psikoterapi.
B.     Dari segi tujuan : untuk mengubah kondisi psikologis seseorang, mengatasi masalah psikologis atau meningkatkan potensi psikologis yang sudah ada.
C.    Dari segi tindakan: seorang psikoterapis melakukan tindakan terapi berdasarkan ilmu psikologi modern yang sudah teruji efektivitasnya.
4.    Unsur Psikoterapi
Tujuh “parameter pengaruh” dasar yang mencakup unsur-unsur pada semua jenis psikoterapi :


A.  Peran sosial (martabat) psikoterapis,
B.  Hubungan (persekutuan terapeutik),
C.  Hak,
D.  Retrospeksi,
E.  Re-edukasi,
F.   Rehabilitasi,
G. Resosialisasi dan rekapitulasi.


Unsur – unsur psikoterapi dapat dipilih untuk masing-masing pasien dan dimodifikasi dengan berlanjutnya terapi serta dapat diubah dengan berubahnya tujuan terapi, keadaan mental dan kebutuuhan pasien.
5.    Perbedaan Antara Psikoterapi Dan Konseling
Konseling
Psikoterapi
< intensif
> intensif
preventif
Kuratif / reapartif
Fokus : edukasi, vocational, perkembangan
Fokus : remedial
Setting : sekolah, industri, social work,
Setting : rumah sakit, klinik, praktek pribadi,
Jumlah intervensi <
Jumlah intervensi >
supportive
rekonstructive
Penekanan “normal”
/ masalah ringan
Penekanan “disfungsi” / masalah berat
Short term
Long term
Corsini :
Teknik2 / proses2 secara kualitatif sama, tetapi secara kuantitatif berbeda Persentase waktu yang digunakan oleh konselor & psikoterapis dalam aktivitas profesionalnya :
Proses
Konseling (%)
Psikoterapi (%)
listening
20
60
questioning
15
10
evaluating
5
5
interpreting
1
3
supporting
5
10
explaining
15
5
informing
20
3
advising
10
3
ordering
9
1
6.    Pendekatan Psikoterapi Terhadap Mental Illnes
A.  Biological : Meliputi keadaan mental organik, penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan zat pendekatan ini lebih manusiawi. Pendapat yang berkembang waktu itu adalah penyakit mental disebabkan karena kurangnya insulin.
B.  Psychological : Meliputi suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk, sekuel pasca-traumatic, kesedihan yang tak terselesaikan, krisis perkembangan, gangguan pikiran dan respon emosional penuh stres yang ditimbulkan. Selain itu pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial, ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan pertumbuhan sepanjang hidup individu.
C.  Sosiological : Meliputi kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial atau budaya dari gejala dan masalah keluarga. Dalam pendekatan ini harus mempertimbangkan pengaruh proses-proses sosialisasi yang memiliki latar belakang kondisi sosio-budaya tertentu.
D.  Philosophic : Kepercayaan terhadap martabat dan harga diri seseorang dan kebebasan diri seseorang untuk menentukan nilai dan keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar falsafahnya tetap ada, yakni menghagai sistem nilai yang dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada istilah keharusan atau pemaksaan.

II.          TERAPI PSIKOANALISIS
1.    Konsep Dasar Teori Psikoanalisis Tentang Kepribadian
A.  Struktur Kepribadian
Menurut pandangan psikoanalaitik, struktur kepribadian terdiri dari tiga sistem: id, ego, dan superego.
·      Id adalah komponen biologis yang orisisnil pada setiap orang dan id sudah ada semenjak ketika kita dilahirkan. Id kurang terorganisasi, buta, menuntut, dan mendesak. Id bersifat tidak logis, amoral, dan didorong oleh satu kepentingan.
·      Ego adalah komponen psikologis, memiliki kontak dengan dunia eksternal dari kenyataan. Ego adalah eksekutif dari kepribadian yang memerintah, mengendalikan, dan mengatur. Sebagai "polisi lalu lintas" bagi id, superego dan dunia eksternal, tugas utama ego adalah mengantarai naluri-naluri dengan lingkungan sekitar.
·      Superego merupakan komponen sosial, cabang moral atau hukum dari kepribadian. Superego adalah kode moral individu yang urusan utamanya adalah apakah suatu tindakan baik atau buruk, benar atau salah.
B.  Pandangan Tentang Sifat Manusia
Pada dasarnya pesimistik, mekanistik, dan reduksionistik. Menurut Freud, manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi tak sadar, kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan biologis dan naluriah, dan oleh peristiwa-peristiwa psikoseksual yang terjadi selama lima tahun pertama kehidupan.
C.  Kesadaran Dan Ketidaksadaran
Bagi Freud, kesadaran merupakan bagian terkecil dari keseluruhan jiwa. Ketidaksadaran tidak bisa dipelajari secara langsung, ia bisa dipelajari dari tingkah laku. Pembuktian klinis guna membuktikan konsep ketidaksadaran mencakup:
·      Mimpi-mimpi yang merupakan representasi simbolik dari kebutuhan, hasrat, dan konflik tak sadar.
·      Salah ucap atau lupa, misalnya terhadap nama yang dikenal
·      Sugesti-sugesti pascahipnotik
·      Bahan-bahan yang berasal dari teknik-teknik asosiasi bebas
·      Bahan-bahan yang berasal dari teknik-tekni proyektif. Bagi Freud, kesadaran merupakan bagian terkecil dari keseluruhan jiwa.
D.  Kecemasan
Kecemasan adalah suatu keadaan tegang yang memotivasi kita untuk berbuat sesuatu. Fungsinya adalah memperingatkan adanya ancaman bahaya bagi ego yang akan terus meningkat jika tindakan-tindakan yang layak untuk mengatasi ancaman bahaya itu tidak diambil. Apabila tidak bisa mengendalikan kecemasan melalui cara-cara yang rasional dan langsung, maka ego akan mengandalkan cara-cara yang tidak realistis, yakni tingkah laku yang berorientasi pada pertahanan ego.
2.    Unsur-Unsur Terapi Psikoanalisis
A.  Munculnya Masalah Atau Gangguan
Terapis melakukan upaya  memunculkan penyebab-penyebab yang menjadi akar permasalahan yang dimiliki klien, untuk lebih mengenal penyebab gangguan yang dialaminya, kemudian terapis, memperkuat kondisi psikis dari diri klien, sehingga apabila klien mengalami gangguan, diri klien akan lebih siap menghadapi dan mencari solusi dengan cepat.
B.  Tujuan Terapi
Adalah membentuk kembali struktur karakter individual dengan jalan membuat kesadaran yang tak disadari dari dalam diri klien difokuskan pada upaya mengalami kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman masa lampau direkonstruksi, dibahas, dianalisis, dan ditafsirkan dengan sasaran merekonstruksi kepribadian. Terapi psikolanalitik menekankan dimensi afektif dari upaya menjadikan ketaksadaran diketahui. Pemahaman dan pengertian intelektuak memiliki arti penting, tetapi perasaan-perasaan dan ingatan-ingatan yang berkaitan dengan pemahaman lebih penting lagi.
C.  Peran Terapis
Terapis atau analis membiarkan dirinya anonim serta hanya berbagi sedikit perasan dan pengalaman sehingga klien memproyeksikan dirinya kepada analis. Proyeksi-proyeksi klien, yang menjadi bahan terapi, ditafsirkan dan dianalisis. Analis terutama berurusan dengan usaha membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal, dan dalam menangani kecemasan secara realistis, serta dalam memperoleh kendali atas tingkah laku yang impulsif dan irasional.
3.    Teknik Terapi Psikoanalisis
Teknik-teknik pada terapi psikoanalisis disesuaikan untuk meningkatkan kesadaran, memperoleh permahaman intelektual atas tingkah laku klien, dan untuk memahami makna berbagai gejala. Kemajuan terapi berawal dari pembicaraan klien kepada katarsis, kepada pemahaman, kepada penggarapan bahan yang tak disadari, ke arah tujuan-tujuan pemahaman dan pendidikan ulang intelektual dan emosional, yang diharapkan mengarah pada perbaikan kepribadian. kelima teknik dasar terapi psikoanalisa adalah:
A.  Asosiasi Bebas
Asosiasi bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi-situasi traumatik di masa lampau yang dikenal dengan sebutan kartarsis. Metode yang digunakan klien diminta untuk mengatakan apa pun yang datang ke pikiran sehingga memungkinkan isi dari pikiran bawah sadar untuk menyelinap melewati sensor ego. Agar klien membersihkan pikirannya dari pemikiran-pemikiran dan renungan-renungan sehari-hari dan, sebisa mungkin, mengatakan apa saja yang melintas dalam pikirannya, betapapun menyakitkan, remeh, tidak logis, dan tidak relevan kedengarannya dengan melaporkannya segera tanpa ada yang disembunyikan.
B.     Penafsiran
Penafsiran adalah suatu prosedur dasar dalam menganalisis asosiasi bebas, mimpi-mimpi, resistensi-resistensi, dan transferensi-transferensi. Prosedurnya terdiri atas tindakan-tindakan analis yang menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien makna-makna tingkah laku yang dimanifestasikan oleh mimpi-mimpi asosiasi bebas, resistensi-resistensi, dan oleh hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi penafsiran-penafsiran adalah mendorong ego untuk mengasimilasi bahan-bahan baru dan mempercepat proses penyingkapan bahan tak sadar lebih lanjut. Penafsiran-penafsiran harus tepat waktu, sebab klien akan menolak penafsiran-penafsiran yang diberikan pada saat yang tidak tepat.
C.  Analisis Mimpi
Analisis mimpi adalah sebuah prosedur yang penting untuk menyingkapkan bahan yang tak disadari dan memberikan kepada klien pemahaman atas beberapa area masalah yang tidak terselesaikan. Selama tidur, pertahanan-pertahanan melemah, dan perasaan-perasan yang direpresi muncul ke permukaan. Beberapa motivasi sangat tidak bisa diterima oleh orang yang bersangkutan sehingga diungkapkan dalam bentuk yang disamarkan atau disimbolkan diungkapkan secara terang-terangan dan langsung .
D.  Analisis dan Penafsiran Resistensi
Resistensi adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tak disadari. Freud memandang resistensi sebagai pertahanan terhadap kecemasan yang tidak bisa dibiarkan, yang akan meningkat jika klien menjadi sadar atas dorongan-dorongan dan perasaan-perasaannya yang direpresi itu. Sebagai pertahanan terhadap kecemasan, resistensi bekerja secara khas dengan menghambat klien dan analis dalam melaksanakan usaha bersama untuk memperoleh pemahaman atas dinamika-dinamika ketidaksadaran klien. Resistensi-resistensi bukanlah hanya sesuatu yang harus diatasi. Karena merupakan perwujudan dari pendekatan-pendakatan defensif klien yang biasa dalam kehidupan sehari-harinya, resistensi-reisistensi harus dilihat sebagai alat bertahan terhadap kecemasan, tetapi menghambat kemampuan klien untuk mengalami kehidupan yang lebih memuaskan.
E.  Analisis dan Penafsiran Transferensi
Analis transferensi adalah teknik yang utama dalam psikoanalisis, sebab mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi. Ia memungkinkan klien mampu memeroleh pemahaman atas sifat dari fiksasi dan deprivasi-deprivasinya, dan menyajikan pemahaman tentang pengaruh masa lampau terhadap kehidupannya sekarang. Penafsiran hubungan transferensi juga memungkinkan klien mampu menembus konflik-konflik masa lampau yang tetap dipertahankannya hingga sekarang dan yang menghambat pertumbuhan emosionalnya. Singkatnya, efek-efek psikopatologis dari hubungan masa dini yang tidak diinginkan, dihambat oleh penggarapan atas konflik emosional yang sama yang terdapat dalam hubungan terapeutik dengan analisis. Transferensi dalam proses terapeutik ketika "urusan yang tak selesai" di masa lampau klien dengan orang-orang berpengaruh menyebabkan dia mendistorsi masa sekarang dan bereaksi terhadap analis sebagaimana dia bereaksi terhadap ibu atau ayahnya.

III.          TERAPI HUMANISTIK EKSISTENSIAL
1.    Konsep Dasar Teori Humanistik Eksistensial Tentang Kepribadian
A.  Kesadaran Diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri seorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu. Kebebasan memilih dan bertindak itu disertai tanggung jawab. Kesadaran untuk memilih alternatif-alternatif yakni memutuskan secara bebas didalam kerangka pembatasnya adalah suatu aspek yang esensial pada manusia.
B.  Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan
Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia. Kecemasan ekstensial bisa diakibatkan atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati. Kesadaran atas kematian memiliki arti penting bagi kehidupan individu sekarang, sebab kesadaran tersebut menghadapkan individu pada kenyataan bahwa dia memiliki waktu yang terbatas untuk mengaktualkan potensi-potensinya.
C.  Penciptaan Makna
Manusia itu unik dalam arti bahwa ia berusaha untuk menentukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Menjadi manusia juga berarti menghadapi kesendirian, manusia lahir sendirian dan mati sendirian pula. Walaupun pada hakikatnya sendirian, manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah mahluk rasional. Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang bermakna bisa menimbulkan kondisi-kondisi isolasi dipersonalisasi, alineasi, keterasingan, dan kesepian. Manusia juga berusaha untuk mengaktualkan diri yakni mengungkapkan potensi-potensi manusiawinya. Sampai tarap tertentu, jika tidak mampu mengaktualkan diri, ia bisa menajdi “sakit”.
2.    Unsur-Unsur Terapi Humanistik Eksistensial
A.  Munculnya Gangguan
Model humanistik kepribadian, psikopatologi, dan psikoterapi awalnya menarik sebagian besar konsep-konsep dari filsafat eksistensial, menekankan kebebasan bawaan manusia untuk memilih, bertanggung jawab atas pilihan mereka, dan hidup sangat banyak pada saat ini. Pencarian makna dalam kehidupan masing-masing individu adalah tujuan utama dan aspirasi tertinggi. Pendekatan humanistik kontemporer psikoterapi berasal dari tiga sekolah pemikiran yang muncul pada 1950-an, eksistensial, Gestalt, dan klien berpusat terapi.
B.  Tujuan Terapi
·      Membantu individu menemukan nilai, makna, dan tujuan hidup manusia sendiri.
·      Menyajikan kondisi-kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan.
·      Menghapus penghambat-penghambat aktualisasi potensi pribadi.
·      Membantu klien menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dan bertanggung jawab atas arah kehidupan sendiri.
·      Agar klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya. Terdapat tiga karakteristik dari keberadaan otentik: (1) menyadari sepenuhnya keadaan sekarang, (2) memilih bagaimana hidup pada saat sekarang, dan (3)memikul tanggung jawab untuk memilih.
C.  Peran Terapis
Psikoterapi Humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut :
·      Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
·      Menyadari peran dan tanggung jawab terapis
·      Mengakui sifat timbale balik dari hubungan terapeutik.
·      Berorientasi pada pertumbuhan
·      Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
·      Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan klien.
·      Memandang terapis sebagai model, bisa secara implicit menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
·      Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandagan dan untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
·      Bekerja kearah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.
3.    Teknik-Teknik Terapi Humanistik Eksistensial
Tidak seperti kebanyakan pendekatan terapi, pendekatan eksistensial-humanistik tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan secara ketat. Prosedur-prosedur konseling berasal dari beberapa teori konseling lainnya separti teori Gestalt dan Analisis Transaksional. Tugas konselor adalah menyadarkan konseli bahwa ia masih ada di dunia ini dan hidupnya dapat bermakna apabila ia memaknainya. Pada saat terapis menemukan keseluruhan dari diri klien yang muncul dari ikatan saling percaya dan kerjasama yang bermakna dari klien dan terapis, maka saat itulah proses terapeutik berada pada saat yang terbaik. Terapi eksistensial humanistik merupakan terapi yang dilakukan dengan pendekatan berdasarkan pada pemahaman filosofis tentang menjadi manusia yang utuh, apa makna menjadi manusia, dan apa makna keberadaannya. Dalam terapi humanistik eksistensial yang perlu di perhatikan oleh konselor eksistensial adalah memahami dunia subyektif si klien agar bisa menolongnya untuk bisa sampai pada pemahaman dan pilihan-pilihan baru.
Teknik-teknik yang digunakan dalam konseling eksistensial-humanistik, yaitu:


·      Penerimaan
·      Rasa hormat
·      Memahami
·      Menentramkan
·      Memberi dorongan
·      Pertanyaan terbatas


·      Memantulkan pernyataan dan perasaan klien
·      Menunjukan sikap yang mencerminkan ikut mersakan apa yang dirasakan klien
·      Bersikap mengijinkan untuk apa saja yang bermakna

IV.          PERSON CENTERED THERAPY
1.    Konsep Dasar Pandangan Rogers Tentang Kepribadian
Rogers adalah salah satu individu yang pertama kali menggunakan istilah klien bukan pasien. Rogers yakin bahwa setiap orang menjalani hidup di dunia secara berbeda dan mengetahui pengalaman terbaiknya. Menurut Rogers, klien benar – benar “berupaya untuk sembuh” dan dalam hubungan ahli terapi – klien yang suportif dan saling menghargai, klien dapat menyembuhkan dirinya sendiri. Terapi terpusat pada pribadi didasarkan pada falsafah sifat naluri manusia yang menegaskan adanya usaha untuk beraktualisasi diri. Pandangan Rogers tentang sifat naluri manusia adalah fenomenologis; yaitu kita membentuk diri sendiri sesuai dengan persepsi kita tentang realitas. Kita dimotifikasi untuk mengaktualisasi diri kita sendiri dalam lingkup persepsi kita akan realitas.
Konsep-konsep dasar Terapi Person-Centered
A.  Menekankan pada dorongan dan kemampuan yang terdapat dalam diri individu yang berkembang, untuk hidup sehat dan menyesuaikan diri.
B.  Menekankan pada unsur atau aspek emosional dan tidak pada aspek intelektual.
C.  Menekankan pada situasi yang langsung dihadapi individu, dan tidak pada masa lampau.
D.  Menekankan pada hubungan terapeutik sebagai pengalaman dalam perkembangan individu yang bersangkutan.
Konsep dasar pandangan tentang manusia :
Pandangan person centered tentang sifat manusia konsep tentang kecenderungan-kecenderungan negatif dasar. Rogers menunjukkan kepercayaan yang mendalam pada manusia. Ia memandang manusia sebagai tersosialisasi dan bergerak ke muka, sebagai berjuang untuk berfungsi penuh, serta memiliki kebaikan yang positif pada intinya yang terdalam. Manusia dipercayai karena pada dasarnya kooperatif dan konstruktif, tidak perlu diadakan pengendalian. Maka dengan pandangan ini, terapi person-centered berakar pada kesanggupan seseorang (klien) untuk sadar dan membuat putusan-putusan
Berbagai istilah dan konsep yang muncul dalam penyajian teori Rogers mengenai kepribadian dan perilaku yang sering memiliki arti yang unik dan khas dalam orientasi sebagai berikut :
A.  Pengalaman
Pengalaman mengacu pada dunia pribadi individu terkait akan kesadaran.  Sementara kesadaran masyarakat yang sebenarnya dari total lapangan pengalaman mereka mungkin terbatas, setiap individu adalah satu – satunya yang bisa tahu itu seluruhnya.
B.  Realitas
Realitas pada dasarnya adalah dunia pribadi dari persepsi individu, meskipun untuk tujuan sosial realitas terdiri dari orang – orang yang memiliki persepsi tingkat tinggi kesamaan antara berbagai individu. Dalam terapi, di sebut sebagai merubah perasaan dan merubah persepsi.
C.  Organisme Bereaksi sebagai Terorganisir yang utuh
Seseorang mungkin lapar, tetapi karena harus menyelesaikan laporan. Maka, orang tersebut akan melewatkan makan siang. Dalam psikoterapi, klien sering menjadi lebih jelas tentang apa yang lebih penting bagi mereka. Sehingga perubahan perilaku di arahkan dalam tujuan untuk di klasifikasikan.
D.  Organisme mengaktualisasi kecenderungan (The Organism Actualizing Tendency)
Individu lebih memilih untuk menjadi sehat daripada sakit, untuk menjadi independen dari pada bergantung. Dan secara umum untuk mendorong pengembangan optimal dari organisme total. Ini adalah keyakinan Rogers dan keyakinan sebagaian besar teori kepribadian yang lain.
E.  Frame Internal Referensi
Kerangka acuan internal memberikan pemahaman sepenuhnya tentang mengapa orang berperilaku seperti yang mereka lakukan. Hal ini harus di bedakan dari penilaian eksternal perilaku, sikap, dan kepribadian.
F.   Konsep Diri
Istilah – istilah mengacu pada gesalt, terorganisir konsisten, konseptual terdiri dari persepsi karakteristik “I” atau “saya” dan persepsi tentang hubungan dari “I” atau “Aku” kepada orang lain dan berbagai aspek kehidupan, bersama dengan nilai – nilai yang melekat pada persepsi ini. Menurut Gesalt kesadaran merupakan cairan dan proses perubahan.
G. Symbolization
Ini adalah proses di mana individu menjadi sadar. Ada kecenderungan untuk menolak simbolisasi untuk pengalaman berbeda dengan konsep dirinya. Pengalaman ambigu cenderung di lambangkan dengan cara yang konsisten dengan konsep diri. Seorang pembicara kurang percaya diri dapat di lambangkan khalayak diam sebagai terkesan, orang yang percaya diri dapat melambangkan sebuah kelompok yang penuh perhatian dan tertarik. Misalnya, orang – orang menganggap dirinya benar akan cenderung menolak simbolisasi tindakan berbohong.
H.  Penyesuaian Psikologis & Ketidakmampuan Menyesuaikan diri
Sebuah konsep diri yang mencakup unsur – unsur kelemahan dan ketidaksempurnaan memfasilitasi simbolisasi dari pengalaman kegagalan. Kebutuhan untuk menolak atau mendistorsi pengalaman seperti tidak ada dan karena itu menumbuhkan kondisi penyesuaian psikologis.
I.     Organismic Valuing Process
Hal ini yang berbeda dengan sistem fixed menilai intrijected di tandai dengan “kewajiban” dan “keharusan” dan juga dengan apa yang seharusnya benar / salah. Proses menilai organismic konsisten dengan hipotesis. Di mana individu bebas bergantung pada bukti indra mereka sendiri untuk membuat penilaian.
J.    The Fully Functioning Person
Dapat mengalami semua perasaan mereka, ketakutan, memungkinkan kesadaran bergerak bebas di dalam pikiran mereka dan melalui pengalaman mereka.
2.    Unsur-Unsur Terapi Person Centered Therapy
Pendekatan humanistik Rogers terhadap terapi person centered therapy membantu pasien untuk lebih menyadari dan menerima dirinya yang sejati dengan menciptakan kondisi-kondisi penerimaan dan penghargaan dalam hubungan terapeutik.
A.  Munculnya gangguan
Pendekatan humanistic Rogers terhadap terapi Person Center Therapy, membantu pasien untuk lebih menyadari dan menerima dirinya yang sejati dengan menciptakan kondisi-kondisi penerimaan dan pengharagaan dalam hubungan terapeutik. Hambatan atas pertumbuhan psikologis terjadi saat seseorang mengalami penghargaan bersyarat,  inkongruensi, sikap defensif, dan disorganisasi. Penghargaan bersyarat dapat berakibat pada kerentanan, kecemasan, dan ancaman serta menghambat manusia dari merasakan penerimaan positif yang tidak bersyarat.
Orang-orang yang cenderung tidak menyadari inkongruensi mereka, memungkinkan untuk merasa lebih cemas, terancam, dan defensif.
B.     Tujuan Terapi
Terapis tidak boleh memaksakan tujuan – tujuan atau nilai – nilai yang di milikinya pada pasien. Fokus dari terapi adalah pasien. Memberikan penjelasan sesuai dengan logika bahwa ketika seseorang merasakan sendiri bahwa mereka dihargai dan diterima tanpa syarat, mereka menyadari bahwa mungkin untuk pertama kalinya mereka dapat dicintai. Sehingga, tujuan dari person-centered therapy adalah untuk membuat klien/pribadi seseorang dapat menghargai dan menerima diri mereka sendiri dan untuk mempunyai penerimaan positif yang tidak bersyarat terhadap diri mereka.
C.  Peran Terapis
Peran terapis bersifat holistik, berakar pada cara mereka berada dan sikap – sikap mereka, tidak pada teknik – teknik yang di rancang agar klien melakukan sesuatu. Penelitian menunjukkan bahwa sikap – sikap terapislah yang memfasilitasi perubahan pada klien dan bukan pengetahuan, teori, atau teknik – teknik yang mereka miliki. Terapis menggunakan dirinya sendiri sebagai instrument perubahan. Fungsi mereka menciptakan iklim terapeutik yang membantu klien untuk tumbuh. Terapis hanya fasilitator dan kesabaran adalah esensial. Terapis yang berperan pasif dapat ditafsirkan oleh pasien bahwa terapis tidak menganggap pasien sebagai orang yang berharga. Dalam hubungan konseling, konselor ini lebih banyak memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan segala permasalahan, perasaan dan persepsinya, dan konselor merefleksikan segala yang diungkapkan oleh klien. Peranan utama konselor adalah menyiapkan suasana agar potensi dan kemampuan yang pada dasarnya ada pada diri klien itu berkembang secara optimal, dengan cara menciptakan hubungan konseling yang hangat.
3.    Teknik – Teknik Terapi Person Centered Therapy
Terapi ini tidak memiliki metode atau teknik yang spesifik, sikap-sikap terapis dan kepercayaan antara terapis dan klienlah yang berperan penting dalam proses terapi. Terapis membangun hubungan yang membantu, dimana klien akan mengalami kebebasan untuk mengeksplorasi area-area kehidupannya yang sekarang diingkari atau didistorsinya. Dalam terapi ini pada umumnya menggunakan teknik dasar mencakup mendengarkan aktif, merefleksikan perasaan-perasaan atau pengalaman, menjelaskan, dan “hadir” bagi klien, namun tidak memasukkan pengetesan diagnostik, penafsiran, kasus sejarah, dan bertanya atau menggali informasi. Teknik-teknik harus menjadi suatu pengungkapan yang jujur dari terapis, dan tidak bisa digunakan secara sadar diri, sebab dengan demikian terapis tidak akan menjadi sejati.  Teknik Person Centered Therapy :
A.  Evolusi Metode Terpusat Pada Pribadi.
Dalam kerangka terpusat pada pribadi “tekniknya” adalah mendengarkan, menerima, menghormati, memahami dan berbagi. Tekniknya haruslah ungkapan yang jujur dari terapinya; teknik-teknik itu tidak bisa digunakan berdasarkan kepuasan diri, oleh karena dengan demikian konselor itu tidak asli. Pendekatan berpusat pada pribadi yang ada sekarang dipahami sebagai yang terutama untuk proses menolong klien bisa menemukan makna personal yang baru dan lebih memuaskan tentang dirinya sendiri dan dunia tempat ia tinggal. Kawasan aplikasi yang penting termasuk pendidikan, kehidupan keluarga, kepemimpinan, dan administrasi, perkembangan organisasi, perawatan kesehatan, aktivitas antara-rasial dan antar-budaya, hbungan internasional dan pencarian pada perdamaian dunia.
B.  Kawasan Aplikasi.
Bagi orang yang memiliki latar belakang yang terbatas dalam hal psikologi konseling, dinamika pribadi, dan psikopatologi, pendekatan ini memberinya kepastian bahwa klien yang dihadapi tidak akan mendapatkan bahaya secara psikologis. Penentuan diagnosis, penelitian alam tidak sadar, penganalisisan mimpi, dan bekerja menuju ke berubahnya kepribadian yang lebih radikal. Jadi pendekatan ini lebih aman dibandingkan dengan banyak model terapi yang menempatkan terapis dalam posisi si pemberi arahan dalam hal pemberian intrepretasi.
Teknik-teknik konseling, konselor harus memiliki tiga sikap dasar dalam memahami dan membantu konseli, yaitu :
A.  Congruence
Bagaimana konselor tampil nyata, utuh, otentik dan tidak palsu serta terintegrasi selama pertemuan konseling. Konselor tidak diperkenankan terlibat secara emosional dan berbagi perasaan-perasaan secara impulsif terhadap konseli. Pendekatan person centered therapy berasumsi bahwa jika konselor selaras atau menunjukkan kesejatiannya dalam berhubungan dengan konseli, maka proses konseling bisa berlangsung.
B.  Unconditional Positive Regard
Perhatian tak bersayarat tidak dicampuri oleh evaluasi atau  penilaian terhadap pemikiran-pemikiran dan tingkah laku konseli sebagai hal yang buruk atau baik. Semakin besar derajat kesukaan,  perhatian dan penerimaan hangat terhadap konseli, maka semakin besar  pula peluang untuk menunjung perubahan pada konseli.
C.  Accurate Empathic Understanding
Sikap ini merupakan sikap yang krusial, dimana konselor benar- benar dituntut untuk menggunakan kemampuan inderanya dalam  berempati guna mengenali dan menjelajahi pengalaman subjektif konseli. Tugas konselor adalah membantu kesadaran konseli terhadap  perasaan-perasaan yang dialami. Rogers percaya bahwa apabila konselor mampu menjangkau dunia pribadi konseli sebagaimana dunia  pribadi itu diamati dan dirasakan oleh konseli, tanpa kehilangan identitas dirinya yang terpisah dari konseli, maka perubahan yang konstruktif akan terjadi.
Terapis harus membawa ke dalam hubungan tersebut sifat-sifat khas yang berikut :
1)   Menerima
Terapis menerima pasien dengan respek tanpa menilai atau mengadilinya entah secara positif atau negatif. Pasien dihargai dan diterima tanpa syarat. Dengan sikap ini terapis memberi kepercayaan sepenuhnya kepada kemampuan pasien untuk meningkatkan pemahaman dirinya dan perubahan yang positif.
2)   Keselarasan (congruence)
Terapis dikatakan selaras dalam pengertian bahwa tidak ada kontradiksi antara apa yang dilakukannya dan apa yang dikatakannya.
3)   Pemahaman
Terapis mampu melihat pasien dalam cara empatik yang akurat. Dia memiliki pemahaman konotatif dan juga kognitif.
4)   Mampu mengkomunikasikan sifat-sifat khas ini
Terapis mampu mengkomunikasikan penerimaan, keselarasan dan pemahaman kepada pasien sedemikian rupa sehingga membuat perasaan-perasaan terapis jelas bagi pasien.
5)   Hubungan yang membawa akibat. Suatu hubungan yang bersifat mendukung (supportive relationship), yang aman dan bebas dari ancaman akan muncul dari teknik-teknik diatas.

Sumber :
Corsini, R. (2000). Current Psychotherapies. Itasca , Illinois: F.E. PeacockPublishers.
Murad, J. (2006). Dasar – Dasar Konseling. Jakarta: Universitas Indonesia.
Semiun, Y. (2010). Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Kanisius.
Mappiare, A. (2004). Pengantar Konseling Dan Psikoterapi. Jakarta, Raja Grafindo Persada.

Gunarsa, Singgih. D. (1996). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.