TUGAS
I.
PSIKOTERAPI
1.
Definisi
Psikoterapi
Psikoterapi secara
etimologis mempunyai arti sederhana, yakni “psyche” yang diartikan sebagai jiwa
dan “theraphy” dari bahasa yunani yang berarti merawat atau mengasuh. Dalam
bahasa arab psyche dapat dipadankan dengan “nafs” dengan bentuk jama’nya
“anfus” atau “nufus” yang berarti jiwa, ruh, darah, jasad, orang diri dan
sendiri. Sedangkan therapy berarti penyembuhan atau pengobatan. Psikoterapi
adalah cara-cara atau pendekatan yang menggunakan teknik-teknik psikologik
untuk menghadapi pasien yang mengalami gangguan psikis atau hambatan
kepribadian. Ada beberapa pendapat yang dikemukakan para ahli diantaranya :
A. Corsini
: Psikoterapi adalah proses moral dari interaksi dari dua pihak dengan tujuan
untuk keadaan yang tidak menyenangkan pada salah satu bidang.
B. Lewis R. Worberg M.D.
: Psikoterapi adalah perasaan dengan menggunakan alat-alat psikologi terhadap
permasalahan yang berasal dari kehidupan emosional dimana seorang ahli secara
sengaja menciptakan hubungan profesional dengan pasien yang bertujuan ;
menghilangkan, mengubah atau menurunkan gejala-gejala yang ada.
C. Warson dan Morse
: Psikoterapi adalah bentuk khusus dari interaksi antara dua orang pasien dan
terapis pada mana memiliki dari interaksi.
D. C. P. Chaplin
: Psikoterapi adalah penyembuhan lewat keyakinan agama dan diskusi personal
dengan para guru ataupun teman.
Dari beberapa pendapat
para ahli diatas, maka pengertian psikoterapi adalah proses perawatan atau
penyembuhan penyakit kejiwaan melalui teknik dan metode psikologi. Definisi
Psikoterapi lainnya Interaksi sistematis klien-terapis dengan memanfaatkan
prinsip psikologis, untuk melakukan perubahan pikiran, perasaan dan perilaku
klien, dengan tujuan membantu klien mengatasi perilaku abnormal, memecahkan
masalah dan atau berkembang sebagai individu.
2.
Tujuan
Psikoterapi
Membuat sesuatu yang
tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien dalam menghidupkan
kembali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat dan bekerja melalui
konflik-konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual. Memberikan jalan
terhadap potensi yang dimiliki seseorang dan menemukan sendiri arahnya secara
wajar. Menemukan dirinya sendiri yang nyata atau yang ideal dan mengeksplorasi
emosi yang majemuk serta memberi jalan bagi pertumbuhannya yang unik. agar
seseorang menyadari mengenai kehidupannya dan bertanggung jawab terhadap arah
kehidupan seseorang. Memperoleh pandangan dalam hidup secara rasional dan
toleran.
Dapat disimpulkan bahwa
beberapa tujuan psikoterapi antara lain : Perawatan akut (intervensi krisis dan
stabilisasi), Rehabilitasi (memperbaiki gangguan perilaku berat), Pemeliharaan
(pencegahan keadaan memburuk dijangka panjang), Restrukturisasi (meningkatkan
perubahan yang terus menerus kepada pasien).
3.
Ciri-Ciri
Psikoterapi
Ada tiga ciri utama
psikoterapi, yaitu:
A.
Dari
segi proses :
berupa interaksi antara dua pihak, formal, profesional, legal dan
menganut kode etik psikoterapi.
B.
Dari
segi tujuan : untuk mengubah kondisi psikologis seseorang,
mengatasi masalah psikologis atau meningkatkan potensi psikologis yang sudah
ada.
C.
Dari
segi tindakan: seorang psikoterapis melakukan
tindakan terapi berdasarkan ilmu psikologi modern yang sudah teruji
efektivitasnya.
4.
Unsur
Psikoterapi
Tujuh “parameter
pengaruh” dasar yang mencakup unsur-unsur pada semua jenis psikoterapi :
A. Peran
sosial (martabat) psikoterapis,
B. Hubungan
(persekutuan terapeutik),
C. Hak,
D. Retrospeksi,
E. Re-edukasi,
F.
Rehabilitasi,
G. Resosialisasi
dan rekapitulasi.
Unsur – unsur
psikoterapi dapat dipilih untuk masing-masing pasien dan dimodifikasi dengan
berlanjutnya terapi serta dapat diubah dengan berubahnya tujuan terapi, keadaan
mental dan kebutuuhan pasien.
5.
Perbedaan
Antara Psikoterapi Dan Konseling
Konseling
|
Psikoterapi
|
<
intensif
|
>
intensif
|
preventif
|
Kuratif
/ reapartif
|
Fokus :
edukasi, vocational, perkembangan
|
Fokus :
remedial
|
Setting
: sekolah, industri, social work,
|
Setting
: rumah sakit, klinik, praktek pribadi,
|
Jumlah
intervensi <
|
Jumlah
intervensi >
|
supportive
|
rekonstructive
|
Penekanan
“normal”
/
masalah ringan
|
Penekanan
“disfungsi” / masalah berat
|
Short
term
|
Long
term
|
Corsini :
Teknik2 / proses2 secara kualitatif
sama, tetapi secara kuantitatif berbeda Persentase waktu yang digunakan oleh
konselor & psikoterapis dalam aktivitas profesionalnya :
Proses
|
Konseling (%)
|
Psikoterapi (%)
|
listening
|
20
|
60
|
questioning
|
15
|
10
|
evaluating
|
5
|
5
|
interpreting
|
1
|
3
|
supporting
|
5
|
10
|
explaining
|
15
|
5
|
informing
|
20
|
3
|
advising
|
10
|
3
|
ordering
|
9
|
1
|
6.
Pendekatan
Psikoterapi Terhadap Mental Illnes
A. Biological
: Meliputi keadaan mental organik,
penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan zat pendekatan ini lebih
manusiawi. Pendapat yang berkembang waktu itu adalah penyakit mental disebabkan
karena kurangnya insulin.
B. Psychological : Meliputi
suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk, sekuel
pasca-traumatic, kesedihan yang tak terselesaikan, krisis perkembangan,
gangguan pikiran dan respon emosional penuh stres yang ditimbulkan. Selain itu
pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial, ketidakmampuan individu
berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan pertumbuhan sepanjang hidup
individu.
C. Sosiological :
Meliputi kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial atau budaya dari
gejala dan masalah keluarga. Dalam pendekatan ini harus mempertimbangkan
pengaruh proses-proses sosialisasi yang memiliki latar belakang kondisi
sosio-budaya tertentu.
D. Philosophic : Kepercayaan
terhadap martabat dan harga diri seseorang dan kebebasan diri seseorang untuk
menentukan nilai dan keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar falsafahnya tetap
ada, yakni menghagai sistem nilai yang dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada
istilah keharusan atau pemaksaan.
II.
TERAPI
PSIKOANALISIS
1.
Konsep
Dasar Teori Psikoanalisis Tentang Kepribadian
A. Struktur Kepribadian
Menurut pandangan
psikoanalaitik, struktur kepribadian terdiri dari tiga sistem: id, ego, dan
superego.
· Id
adalah komponen biologis yang orisisnil pada setiap orang dan id sudah ada
semenjak ketika kita dilahirkan. Id kurang terorganisasi, buta, menuntut, dan mendesak.
Id bersifat tidak logis, amoral, dan didorong oleh satu kepentingan.
· Ego
adalah komponen psikologis, memiliki kontak dengan dunia eksternal dari
kenyataan. Ego adalah eksekutif dari kepribadian yang memerintah,
mengendalikan, dan mengatur. Sebagai "polisi lalu lintas" bagi id,
superego dan dunia eksternal, tugas utama ego adalah mengantarai naluri-naluri
dengan lingkungan sekitar.
· Superego
merupakan komponen sosial, cabang moral atau hukum dari kepribadian. Superego
adalah kode moral individu yang urusan utamanya adalah apakah suatu tindakan
baik atau buruk, benar atau salah.
B. Pandangan Tentang Sifat Manusia
Pada dasarnya
pesimistik, mekanistik, dan reduksionistik. Menurut Freud, manusia
dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi tak sadar, kebutuhan-kebutuhan
dan dorongan-dorongan biologis dan naluriah, dan oleh peristiwa-peristiwa
psikoseksual yang terjadi selama lima tahun pertama kehidupan.
C. Kesadaran Dan Ketidaksadaran
Bagi Freud, kesadaran
merupakan bagian terkecil dari keseluruhan jiwa. Ketidaksadaran tidak bisa
dipelajari secara langsung, ia bisa dipelajari dari tingkah laku. Pembuktian
klinis guna membuktikan konsep ketidaksadaran mencakup:
· Mimpi-mimpi
yang merupakan representasi simbolik dari kebutuhan, hasrat, dan konflik tak
sadar.
· Salah
ucap atau lupa, misalnya terhadap nama yang dikenal
· Sugesti-sugesti
pascahipnotik
· Bahan-bahan
yang berasal dari teknik-teknik asosiasi bebas
· Bahan-bahan
yang berasal dari teknik-tekni proyektif. Bagi Freud, kesadaran merupakan
bagian terkecil dari keseluruhan jiwa.
D. Kecemasan
Kecemasan adalah suatu
keadaan tegang yang memotivasi kita untuk berbuat sesuatu. Fungsinya adalah
memperingatkan adanya ancaman bahaya bagi ego yang akan terus meningkat jika
tindakan-tindakan yang layak untuk mengatasi ancaman bahaya itu tidak diambil.
Apabila tidak bisa mengendalikan kecemasan melalui cara-cara yang rasional dan
langsung, maka ego akan mengandalkan cara-cara yang tidak realistis, yakni
tingkah laku yang berorientasi pada pertahanan ego.
2.
Unsur-Unsur
Terapi Psikoanalisis
A. Munculnya Masalah Atau Gangguan
Terapis melakukan
upaya memunculkan penyebab-penyebab yang
menjadi akar permasalahan yang dimiliki klien, untuk lebih mengenal penyebab
gangguan yang dialaminya, kemudian terapis, memperkuat kondisi psikis dari diri
klien, sehingga apabila klien mengalami gangguan, diri klien akan lebih siap
menghadapi dan mencari solusi dengan cepat.
B. Tujuan Terapi
Adalah membentuk
kembali struktur karakter individual dengan jalan membuat kesadaran yang tak
disadari dari dalam diri klien difokuskan pada upaya mengalami kembali
pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman masa lampau direkonstruksi,
dibahas, dianalisis, dan ditafsirkan dengan sasaran merekonstruksi kepribadian.
Terapi psikolanalitik menekankan dimensi afektif dari upaya menjadikan
ketaksadaran diketahui. Pemahaman dan pengertian intelektuak memiliki arti
penting, tetapi perasaan-perasaan dan ingatan-ingatan yang berkaitan dengan
pemahaman lebih penting lagi.
C. Peran Terapis
Terapis atau analis
membiarkan dirinya anonim serta hanya berbagi sedikit perasan dan pengalaman
sehingga klien memproyeksikan dirinya kepada analis. Proyeksi-proyeksi klien,
yang menjadi bahan terapi, ditafsirkan dan dianalisis. Analis terutama
berurusan dengan usaha membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran,
keefektifan dalam melakukan hubungan personal, dan dalam menangani kecemasan
secara realistis, serta dalam memperoleh kendali atas tingkah laku yang
impulsif dan irasional.
3.
Teknik
Terapi Psikoanalisis
Teknik-teknik pada
terapi psikoanalisis disesuaikan untuk meningkatkan kesadaran, memperoleh
permahaman intelektual atas tingkah laku klien, dan untuk memahami makna
berbagai gejala. Kemajuan terapi berawal dari pembicaraan klien kepada katarsis,
kepada pemahaman, kepada penggarapan bahan yang tak disadari, ke arah
tujuan-tujuan pemahaman dan pendidikan ulang intelektual dan emosional, yang
diharapkan mengarah pada perbaikan kepribadian. kelima teknik dasar terapi
psikoanalisa adalah:
A. Asosiasi Bebas
Asosiasi bebas adalah
suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau dan
pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi-situasi traumatik di masa
lampau yang dikenal dengan sebutan kartarsis. Metode yang digunakan klien diminta
untuk mengatakan apa pun yang datang ke pikiran sehingga memungkinkan isi dari
pikiran bawah sadar untuk menyelinap melewati sensor ego. Agar klien
membersihkan pikirannya dari pemikiran-pemikiran dan renungan-renungan
sehari-hari dan, sebisa mungkin, mengatakan apa saja yang melintas dalam
pikirannya, betapapun menyakitkan, remeh, tidak logis, dan tidak relevan
kedengarannya dengan melaporkannya segera tanpa ada yang disembunyikan.
B.
Penafsiran
Penafsiran adalah suatu
prosedur dasar dalam menganalisis asosiasi bebas, mimpi-mimpi,
resistensi-resistensi, dan transferensi-transferensi. Prosedurnya terdiri atas
tindakan-tindakan analis yang menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien
makna-makna tingkah laku yang dimanifestasikan oleh mimpi-mimpi asosiasi bebas,
resistensi-resistensi, dan oleh hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi
penafsiran-penafsiran adalah mendorong ego untuk mengasimilasi bahan-bahan baru
dan mempercepat proses penyingkapan bahan tak sadar lebih lanjut.
Penafsiran-penafsiran harus tepat waktu, sebab klien akan menolak
penafsiran-penafsiran yang diberikan pada saat yang tidak tepat.
C. Analisis Mimpi
Analisis mimpi adalah
sebuah prosedur yang penting untuk menyingkapkan bahan yang tak disadari dan
memberikan kepada klien pemahaman atas beberapa area masalah yang tidak
terselesaikan. Selama tidur, pertahanan-pertahanan melemah, dan
perasaan-perasan yang direpresi muncul ke permukaan. Beberapa motivasi sangat
tidak bisa diterima oleh orang yang bersangkutan sehingga diungkapkan dalam
bentuk yang disamarkan atau disimbolkan diungkapkan secara terang-terangan dan
langsung .
D. Analisis dan Penafsiran Resistensi
Resistensi adalah
sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan
yang tak disadari. Freud memandang resistensi sebagai pertahanan terhadap
kecemasan yang tidak bisa dibiarkan, yang akan meningkat jika klien menjadi
sadar atas dorongan-dorongan dan perasaan-perasaannya yang direpresi itu.
Sebagai pertahanan terhadap kecemasan, resistensi bekerja secara khas dengan
menghambat klien dan analis dalam melaksanakan usaha bersama untuk memperoleh
pemahaman atas dinamika-dinamika ketidaksadaran klien. Resistensi-resistensi
bukanlah hanya sesuatu yang harus diatasi. Karena merupakan perwujudan dari
pendekatan-pendakatan defensif klien yang biasa dalam kehidupan sehari-harinya,
resistensi-reisistensi harus dilihat sebagai alat bertahan terhadap kecemasan,
tetapi menghambat kemampuan klien untuk mengalami kehidupan yang lebih
memuaskan.
E. Analisis dan Penafsiran
Transferensi
Analis transferensi
adalah teknik yang utama dalam psikoanalisis, sebab mendorong klien untuk
menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi. Ia memungkinkan klien mampu
memeroleh pemahaman atas sifat dari fiksasi dan deprivasi-deprivasinya, dan
menyajikan pemahaman tentang pengaruh masa lampau terhadap kehidupannya
sekarang. Penafsiran hubungan transferensi juga memungkinkan klien mampu
menembus konflik-konflik masa lampau yang tetap dipertahankannya hingga
sekarang dan yang menghambat pertumbuhan emosionalnya. Singkatnya, efek-efek
psikopatologis dari hubungan masa dini yang tidak diinginkan, dihambat oleh
penggarapan atas konflik emosional yang sama yang terdapat dalam hubungan
terapeutik dengan analisis. Transferensi dalam proses terapeutik ketika "urusan
yang tak selesai" di masa lampau klien dengan orang-orang berpengaruh
menyebabkan dia mendistorsi masa sekarang dan bereaksi terhadap analis
sebagaimana dia bereaksi terhadap ibu atau ayahnya.
III.
TERAPI
HUMANISTIK EKSISTENSIAL
1.
Konsep
Dasar Teori Humanistik Eksistensial Tentang Kepribadian
A. Kesadaran Diri
Manusia memiliki
kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan
nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin kuat
kesadaran diri seorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada
orang itu. Kebebasan memilih dan bertindak itu disertai tanggung jawab.
Kesadaran untuk memilih alternatif-alternatif yakni memutuskan secara bebas
didalam kerangka pembatasnya adalah suatu aspek yang esensial pada manusia.
B. Kebebasan, tanggung jawab, dan
kecemasan
Kesadaran atas
kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut
dasar pada manusia. Kecemasan ekstensial bisa diakibatkan atas keterbatasannya
dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati. Kesadaran atas kematian
memiliki arti penting bagi kehidupan individu sekarang, sebab kesadaran
tersebut menghadapkan individu pada kenyataan bahwa dia memiliki waktu yang
terbatas untuk mengaktualkan potensi-potensinya.
C. Penciptaan Makna
Manusia itu unik dalam
arti bahwa ia berusaha untuk menentukan tujuan hidup dan menciptakan
nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Menjadi manusia juga
berarti menghadapi kesendirian, manusia lahir sendirian dan mati sendirian
pula. Walaupun pada hakikatnya sendirian, manusia memiliki kebutuhan untuk
berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia
adalah mahluk rasional. Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang bermakna bisa
menimbulkan kondisi-kondisi isolasi dipersonalisasi, alineasi, keterasingan,
dan kesepian. Manusia juga berusaha untuk mengaktualkan diri yakni
mengungkapkan potensi-potensi manusiawinya. Sampai tarap tertentu, jika tidak
mampu mengaktualkan diri, ia bisa menajdi “sakit”.
2.
Unsur-Unsur
Terapi Humanistik Eksistensial
A. Munculnya Gangguan
Model humanistik
kepribadian, psikopatologi, dan psikoterapi awalnya menarik sebagian besar
konsep-konsep dari filsafat eksistensial, menekankan kebebasan bawaan manusia
untuk memilih, bertanggung jawab atas pilihan mereka, dan hidup sangat banyak
pada saat ini. Pencarian makna dalam kehidupan masing-masing individu adalah
tujuan utama dan aspirasi tertinggi. Pendekatan humanistik kontemporer
psikoterapi berasal dari tiga sekolah pemikiran yang muncul pada 1950-an,
eksistensial, Gestalt, dan klien berpusat terapi.
B. Tujuan Terapi
· Membantu
individu menemukan nilai, makna, dan tujuan hidup manusia sendiri.
· Menyajikan
kondisi-kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan.
· Menghapus
penghambat-penghambat aktualisasi potensi pribadi.
· Membantu
klien menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dan bertanggung jawab atas
arah kehidupan sendiri.
· Agar
klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas
keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan
bertindak berdasarkan kemampuannya. Terdapat tiga karakteristik dari keberadaan
otentik: (1) menyadari sepenuhnya keadaan sekarang, (2) memilih bagaimana hidup
pada saat sekarang, dan (3)memikul tanggung jawab untuk memilih.
C. Peran Terapis
Psikoterapi Humanistik
memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut :
· Mengakui
pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
· Menyadari
peran dan tanggung jawab terapis
· Mengakui
sifat timbale balik dari hubungan terapeutik.
· Berorientasi
pada pertumbuhan
· Menekankan
keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
· Mengakui
bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan klien.
· Memandang
terapis sebagai model, bisa secara implicit menunjukkan kepada klien potensi
bagi tindakan kreatif dan positif.
· Mengakui
kebebasan klien untuk mengungkapkan pandagan dan untuk mengembangkan
tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
· Bekerja
kearah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.
3.
Teknik-Teknik
Terapi Humanistik Eksistensial
Tidak seperti
kebanyakan pendekatan terapi, pendekatan eksistensial-humanistik tidak memiliki
teknik-teknik yang ditentukan secara ketat. Prosedur-prosedur konseling berasal
dari beberapa teori konseling lainnya separti teori Gestalt dan Analisis
Transaksional. Tugas konselor adalah menyadarkan konseli bahwa ia masih ada di
dunia ini dan hidupnya dapat bermakna apabila ia memaknainya. Pada saat terapis
menemukan keseluruhan dari diri klien yang muncul dari ikatan saling percaya
dan kerjasama yang bermakna dari klien dan terapis, maka saat itulah proses
terapeutik berada pada saat yang terbaik. Terapi eksistensial humanistik
merupakan terapi yang dilakukan dengan pendekatan berdasarkan pada pemahaman
filosofis tentang menjadi manusia yang utuh, apa makna menjadi manusia, dan apa
makna keberadaannya. Dalam terapi humanistik eksistensial yang perlu di
perhatikan oleh konselor eksistensial adalah memahami dunia subyektif si klien
agar bisa menolongnya untuk bisa sampai pada pemahaman dan pilihan-pilihan
baru.
Teknik-teknik yang
digunakan dalam konseling eksistensial-humanistik, yaitu:
· Penerimaan
· Rasa
hormat
· Memahami
· Menentramkan
· Memberi
dorongan
· Pertanyaan
terbatas
· Memantulkan
pernyataan dan perasaan klien
· Menunjukan
sikap yang mencerminkan ikut mersakan apa yang dirasakan klien
· Bersikap
mengijinkan untuk apa saja yang bermakna
IV.
PERSON
CENTERED THERAPY
1.
Konsep
Dasar Pandangan Rogers Tentang Kepribadian
Rogers adalah salah
satu individu yang pertama kali menggunakan istilah klien bukan pasien. Rogers
yakin bahwa setiap orang menjalani hidup di dunia secara berbeda dan mengetahui
pengalaman terbaiknya. Menurut Rogers, klien benar – benar “berupaya untuk
sembuh” dan dalam hubungan ahli terapi – klien yang suportif dan saling
menghargai, klien dapat menyembuhkan dirinya sendiri. Terapi terpusat pada
pribadi didasarkan pada falsafah sifat naluri manusia yang menegaskan adanya
usaha untuk beraktualisasi diri. Pandangan Rogers tentang sifat naluri manusia
adalah fenomenologis; yaitu kita membentuk diri sendiri sesuai dengan persepsi
kita tentang realitas. Kita dimotifikasi untuk mengaktualisasi diri kita
sendiri dalam lingkup persepsi kita akan realitas.
Konsep-konsep
dasar Terapi Person-Centered
A. Menekankan
pada dorongan dan kemampuan yang terdapat dalam diri individu yang berkembang,
untuk hidup sehat dan menyesuaikan diri.
B. Menekankan
pada unsur atau aspek emosional dan tidak pada aspek intelektual.
C. Menekankan
pada situasi yang langsung dihadapi individu, dan tidak pada masa lampau.
D. Menekankan
pada hubungan terapeutik sebagai pengalaman dalam perkembangan individu yang
bersangkutan.
Konsep
dasar pandangan tentang manusia :
Pandangan person
centered tentang sifat manusia konsep tentang kecenderungan-kecenderungan
negatif dasar. Rogers menunjukkan kepercayaan yang mendalam pada manusia. Ia
memandang manusia sebagai tersosialisasi dan bergerak ke muka, sebagai berjuang
untuk berfungsi penuh, serta memiliki kebaikan yang positif pada intinya yang
terdalam. Manusia dipercayai karena pada dasarnya kooperatif dan konstruktif,
tidak perlu diadakan pengendalian. Maka dengan pandangan ini, terapi
person-centered berakar pada kesanggupan seseorang (klien) untuk sadar dan
membuat putusan-putusan
Berbagai istilah dan
konsep yang muncul dalam penyajian teori Rogers mengenai kepribadian dan
perilaku yang sering memiliki arti yang unik dan khas dalam orientasi sebagai
berikut :
A. Pengalaman
Pengalaman mengacu pada
dunia pribadi individu terkait akan kesadaran.
Sementara kesadaran masyarakat yang sebenarnya dari total lapangan
pengalaman mereka mungkin terbatas, setiap individu adalah satu – satunya yang
bisa tahu itu seluruhnya.
B. Realitas
Realitas pada dasarnya
adalah dunia pribadi dari persepsi individu, meskipun untuk tujuan sosial
realitas terdiri dari orang – orang yang memiliki persepsi tingkat tinggi
kesamaan antara berbagai individu. Dalam terapi, di sebut sebagai merubah
perasaan dan merubah persepsi.
C. Organisme Bereaksi sebagai
Terorganisir yang utuh
Seseorang mungkin
lapar, tetapi karena harus menyelesaikan laporan. Maka, orang tersebut akan
melewatkan makan siang. Dalam psikoterapi, klien sering menjadi lebih jelas
tentang apa yang lebih penting bagi mereka. Sehingga perubahan perilaku di
arahkan dalam tujuan untuk di klasifikasikan.
D. Organisme mengaktualisasi
kecenderungan (The Organism Actualizing Tendency)
Individu lebih memilih
untuk menjadi sehat daripada sakit, untuk menjadi independen dari pada
bergantung. Dan secara umum untuk mendorong pengembangan optimal dari organisme
total. Ini adalah keyakinan Rogers dan keyakinan sebagaian besar teori
kepribadian yang lain.
E. Frame Internal Referensi
Kerangka acuan internal
memberikan pemahaman sepenuhnya tentang mengapa orang berperilaku seperti yang
mereka lakukan. Hal ini harus di bedakan dari penilaian eksternal perilaku,
sikap, dan kepribadian.
F.
Konsep
Diri
Istilah – istilah
mengacu pada gesalt, terorganisir konsisten, konseptual terdiri dari persepsi
karakteristik “I” atau “saya” dan persepsi tentang hubungan dari “I” atau “Aku”
kepada orang lain dan berbagai aspek kehidupan, bersama dengan nilai – nilai
yang melekat pada persepsi ini. Menurut Gesalt kesadaran merupakan cairan dan
proses perubahan.
G. Symbolization
Ini adalah proses di
mana individu menjadi sadar. Ada kecenderungan untuk menolak simbolisasi untuk
pengalaman berbeda dengan konsep dirinya. Pengalaman ambigu cenderung di
lambangkan dengan cara yang konsisten dengan konsep diri. Seorang pembicara
kurang percaya diri dapat di lambangkan khalayak diam sebagai terkesan, orang
yang percaya diri dapat melambangkan sebuah kelompok yang penuh perhatian dan
tertarik. Misalnya, orang – orang menganggap dirinya benar akan cenderung
menolak simbolisasi tindakan berbohong.
H. Penyesuaian Psikologis &
Ketidakmampuan Menyesuaikan diri
Sebuah konsep diri yang
mencakup unsur – unsur kelemahan dan ketidaksempurnaan memfasilitasi
simbolisasi dari pengalaman kegagalan. Kebutuhan untuk menolak atau mendistorsi
pengalaman seperti tidak ada dan karena itu menumbuhkan kondisi penyesuaian
psikologis.
I.
Organismic
Valuing Process
Hal ini yang berbeda
dengan sistem fixed menilai intrijected di tandai dengan “kewajiban” dan
“keharusan” dan juga dengan apa yang seharusnya benar / salah. Proses menilai
organismic konsisten dengan hipotesis. Di mana individu bebas bergantung pada
bukti indra mereka sendiri untuk membuat penilaian.
J.
The
Fully Functioning Person
Dapat mengalami semua
perasaan mereka, ketakutan, memungkinkan kesadaran bergerak bebas di dalam
pikiran mereka dan melalui pengalaman mereka.
2.
Unsur-Unsur
Terapi Person Centered Therapy
Pendekatan humanistik
Rogers terhadap terapi person centered therapy membantu pasien untuk lebih
menyadari dan menerima dirinya yang sejati dengan menciptakan kondisi-kondisi
penerimaan dan penghargaan dalam hubungan terapeutik.
A. Munculnya gangguan
Pendekatan humanistic
Rogers terhadap terapi Person Center Therapy, membantu pasien untuk lebih
menyadari dan menerima dirinya yang sejati dengan menciptakan kondisi-kondisi
penerimaan dan pengharagaan dalam hubungan terapeutik. Hambatan atas pertumbuhan psikologis terjadi saat seseorang
mengalami penghargaan bersyarat,
inkongruensi, sikap defensif, dan disorganisasi. Penghargaan bersyarat dapat berakibat pada kerentanan, kecemasan,
dan ancaman serta menghambat manusia dari merasakan penerimaan positif yang
tidak bersyarat.
Orang-orang yang
cenderung tidak menyadari inkongruensi mereka, memungkinkan untuk merasa lebih
cemas, terancam, dan defensif.
B.
Tujuan
Terapi
Terapis tidak boleh
memaksakan tujuan – tujuan atau nilai – nilai yang di milikinya pada pasien.
Fokus dari terapi adalah pasien. Memberikan penjelasan sesuai dengan logika
bahwa ketika seseorang merasakan sendiri bahwa mereka dihargai dan diterima tanpa
syarat, mereka menyadari bahwa mungkin untuk pertama kalinya mereka dapat
dicintai. Sehingga, tujuan dari person-centered therapy adalah untuk membuat
klien/pribadi seseorang dapat menghargai dan menerima diri mereka sendiri dan
untuk mempunyai penerimaan positif yang tidak bersyarat terhadap diri mereka.
C. Peran Terapis
Peran terapis bersifat
holistik, berakar pada cara mereka berada dan sikap – sikap mereka, tidak pada
teknik – teknik yang di rancang agar klien melakukan sesuatu. Penelitian
menunjukkan bahwa sikap – sikap terapislah yang memfasilitasi perubahan pada
klien dan bukan pengetahuan, teori, atau teknik – teknik yang mereka miliki.
Terapis menggunakan dirinya sendiri sebagai instrument perubahan. Fungsi mereka
menciptakan iklim terapeutik yang membantu klien untuk tumbuh. Terapis hanya
fasilitator dan kesabaran adalah esensial. Terapis yang berperan pasif dapat
ditafsirkan oleh pasien bahwa terapis tidak menganggap pasien sebagai orang
yang berharga. Dalam hubungan konseling, konselor ini lebih banyak memberikan
kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan segala permasalahan, perasaan dan
persepsinya, dan konselor merefleksikan segala yang diungkapkan oleh klien.
Peranan utama konselor adalah menyiapkan suasana agar potensi dan kemampuan
yang pada dasarnya ada pada diri klien itu berkembang secara optimal, dengan
cara menciptakan hubungan konseling yang hangat.
3.
Teknik
– Teknik Terapi Person Centered Therapy
Terapi ini tidak
memiliki metode atau teknik yang spesifik, sikap-sikap terapis dan kepercayaan
antara terapis dan klienlah yang berperan penting dalam proses terapi. Terapis
membangun hubungan yang membantu, dimana klien akan mengalami kebebasan untuk mengeksplorasi
area-area kehidupannya yang sekarang diingkari atau didistorsinya. Dalam terapi
ini pada umumnya menggunakan teknik dasar mencakup mendengarkan aktif,
merefleksikan perasaan-perasaan atau pengalaman, menjelaskan, dan “hadir” bagi
klien, namun tidak memasukkan pengetesan diagnostik, penafsiran, kasus sejarah,
dan bertanya atau menggali informasi. Teknik-teknik harus menjadi suatu
pengungkapan yang jujur dari terapis, dan tidak bisa digunakan secara sadar
diri, sebab dengan demikian terapis tidak akan menjadi sejati. Teknik Person Centered Therapy :
A. Evolusi Metode Terpusat Pada
Pribadi.
Dalam kerangka terpusat
pada pribadi “tekniknya” adalah mendengarkan, menerima, menghormati, memahami
dan berbagi. Tekniknya haruslah ungkapan yang jujur dari terapinya;
teknik-teknik itu tidak bisa digunakan berdasarkan kepuasan diri, oleh karena
dengan demikian konselor itu tidak asli. Pendekatan berpusat pada pribadi yang
ada sekarang dipahami sebagai yang terutama untuk proses menolong klien bisa
menemukan makna personal yang baru dan lebih memuaskan tentang dirinya sendiri
dan dunia tempat ia tinggal. Kawasan aplikasi yang penting termasuk pendidikan,
kehidupan keluarga, kepemimpinan, dan administrasi, perkembangan organisasi,
perawatan kesehatan, aktivitas antara-rasial dan antar-budaya, hbungan
internasional dan pencarian pada perdamaian dunia.
B. Kawasan Aplikasi.
Bagi orang yang
memiliki latar belakang yang terbatas dalam hal psikologi konseling, dinamika
pribadi, dan psikopatologi, pendekatan ini memberinya kepastian bahwa klien
yang dihadapi tidak akan mendapatkan bahaya secara psikologis. Penentuan
diagnosis, penelitian alam tidak sadar, penganalisisan mimpi, dan bekerja
menuju ke berubahnya kepribadian yang lebih radikal. Jadi pendekatan ini lebih
aman dibandingkan dengan banyak model terapi yang menempatkan terapis dalam
posisi si pemberi arahan dalam hal pemberian intrepretasi.
Teknik-teknik
konseling, konselor harus memiliki tiga sikap dasar dalam memahami dan membantu
konseli, yaitu :
A. Congruence
Bagaimana konselor
tampil nyata, utuh, otentik dan tidak palsu serta terintegrasi selama pertemuan
konseling. Konselor tidak diperkenankan terlibat secara emosional dan berbagi
perasaan-perasaan secara impulsif terhadap konseli. Pendekatan person centered
therapy berasumsi bahwa jika konselor selaras atau menunjukkan kesejatiannya
dalam berhubungan dengan konseli, maka proses konseling bisa berlangsung.
B. Unconditional Positive Regard
Perhatian tak
bersayarat tidak dicampuri oleh evaluasi atau
penilaian terhadap pemikiran-pemikiran dan tingkah laku konseli sebagai
hal yang buruk atau baik. Semakin besar derajat kesukaan, perhatian dan penerimaan hangat terhadap
konseli, maka semakin besar pula peluang
untuk menunjung perubahan pada konseli.
C. Accurate Empathic Understanding
Sikap ini merupakan
sikap yang krusial, dimana konselor benar- benar dituntut untuk menggunakan
kemampuan inderanya dalam berempati guna
mengenali dan menjelajahi pengalaman subjektif konseli. Tugas konselor adalah membantu
kesadaran konseli terhadap
perasaan-perasaan yang dialami. Rogers percaya bahwa apabila konselor
mampu menjangkau dunia pribadi konseli sebagaimana dunia pribadi itu diamati dan dirasakan oleh
konseli, tanpa kehilangan identitas dirinya yang terpisah dari konseli, maka
perubahan yang konstruktif akan terjadi.
Terapis
harus membawa ke dalam hubungan tersebut sifat-sifat khas yang berikut :
1)
Menerima
Terapis menerima pasien
dengan respek tanpa menilai atau mengadilinya entah secara positif atau
negatif. Pasien dihargai dan diterima tanpa syarat. Dengan sikap ini terapis
memberi kepercayaan sepenuhnya kepada kemampuan pasien untuk meningkatkan
pemahaman dirinya dan perubahan yang positif.
2)
Keselarasan (congruence)
Terapis dikatakan
selaras dalam pengertian bahwa tidak ada kontradiksi antara apa yang
dilakukannya dan apa yang dikatakannya.
3)
Pemahaman
Terapis mampu melihat
pasien dalam cara empatik yang akurat. Dia memiliki pemahaman konotatif dan
juga kognitif.
4)
Mampu mengkomunikasikan sifat-sifat
khas ini
Terapis mampu
mengkomunikasikan penerimaan, keselarasan dan pemahaman kepada pasien
sedemikian rupa sehingga membuat perasaan-perasaan terapis jelas bagi pasien.
5)
Hubungan yang membawa akibat. Suatu
hubungan yang bersifat mendukung (supportive relationship), yang aman dan bebas
dari ancaman akan muncul dari teknik-teknik diatas.
Sumber :
Corsini,
R. (2000). Current Psychotherapies.
Itasca , Illinois: F.E. PeacockPublishers.
Murad,
J. (2006). Dasar – Dasar Konseling.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Semiun,
Y. (2010). Kesehatan Mental 3.
Yogyakarta: Kanisius.
Mappiare,
A. (2004). Pengantar Konseling Dan
Psikoterapi. Jakarta, Raja Grafindo Persada.
Gunarsa,
Singgih. D. (1996). Konseling dan
Psikoterapi. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar