PRESIDEN
SOEKARNO
Presiden Soekarno adalah seorang pemimpin yang demokratis
karena selalu mengedepankan semangat persatuan di atas kepentingan golongan,
kelompok, ras, suku,agama. Berorientasi pada moral dan etika ideologi yang
mendasari negara atau partai, sehingga sangat konsisten dan sangat fanatik. Presiden
Soekarno adalah pemimpin yang dapat menunjukkan perannya yang sentral sebagai
seorang pemimpin sejati.
Prinsip politik mempersatukan elite gaya Presiden Soekarno
adalah “alle leden van de familie aan een
eet-tafel” (semua anggota keluarga duduk bersama di satu meja
makan).Soekarno adalah seorang pemimpin yang rendah hati, percaya diri yang kuat,
penuh daya tarik, penuh inisiatif dan inovatif serta kaya akan ide dan gagasan
baru. Soekarno mampu membawa arah perjuangan tetap konsisten meskipun banyak
rintangan yang dihadapinya.
Sebagai inspirator atau seorang idealis Presiden Soekarno
menunjukkan prestasinya dengan mencetuskan konsep mengenai Pancasila sebagai
dasar Negara Indonesia dan soekarno sendiri yang menamainya, nasionalisme
persatuan di atas perbedaan, dan satu idealisme yang kontroversial mengenai
konsep NASAKOM(Nasionalis, Agama dan Komunis) demi tercapainya persatuan bangsa
dalam mempertahankan kemerdekaan.Soekarno adalah seorang pemimpin yang sangat
menekankan pentingnya persatuan dalam nasionalisme, kemandirian sebagai sebuah
bangsa dan anti penjajahan.
Dalam karyanya “Menggali Api Pancasila” . Beliau berkata,
“aku ini bukan apa-apa kalau tanpa
rakyat. Aku besar karena rakyat, aku berjuang karena rakyat dan aku penyambung
lidah rakyat”. Maka pantas apabila beliau dijadikan simbol perjuangan
rakyat karena ketulusannya demi dan untuk rakyatnya.
PRESIDEN
SOEHARTO
Pada masa Orde baru, gaya kepemimpinan Presiden Soeharto
adalah Otoriter/militeristik. Seorang pemimpinan yang otoriter akan menunjukan
sikap yang menonjolkan “Keakuannya”. Presiden
Soeharto seorang pemimpin yang otoriter, yang menerapkan gaya kepemimpinan
coercive, yang selalu menginginkan agar perintah dan instruksinya dipatuhi
orang lain dengan segera. Komunikasi yang dilakukan Presiden Soeharto hanya
agar orang lain menjadi mengetahui, tetapi tidak sampai pada taraf memahami,
mencoba, dan memutuskan untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu. Soeharto
digambarkan sebagai seorang pemimpin yang lebih suka berada di lokasi pusat
kekuasaan yaitu Istana Negara atau Istana Merdeka di Jakarta sebagai ibukota
negara dibanding tempat-tempat lainnya.
Presiden Soeharto adalah sosok yang berani, baik dalam
memimpin aksi militernya maupun saat memerintah. Presiden Soeharto tegas dalam
mengambil keputusan meskipun keputusan tersebut ditentang sekalipun. Presiden Soeharto
seorang pemimpin yang sederhana, tidak suka menonjolkan diri di hadapan orang
lain. Presiden Soeharto bertanggung jawab penuh terhadap bawahannya. Di dunia
internasional, terutama di Dunia Barat, Presiden Soeharto sering dirujuk dengan
sebutan populer “The Smiling General” (bahasa Indonesia: “Sang Jenderal yang
Tersenyum”) karena raut mukanya yang selalu tersenyum di muka pers dalam setiap
acara resmi kenegaraan.
Presiden Soeharto dinilai oleh banyak orang sebagai
seorang pemimpin yang lebih reaktif dibanding proaktif. Karena lebih sering
memberikan tanggapan atau respon terhadap pernyataan orang lain dibanding
menunjukkan gagasan/pemikirannya sendiri. Presiden Soeharto pemimpin yang
memberikan perhatian pada pembangunan daerah pedesaan dan perkotaan tanpa
membedakan diantara keduanya. Presiden Soeharto cenderung direpresentasikan
sebagai seorang pemimpin yang lebih mementingkan pembangunan ekonomi dibanding
pembangunan sektor-sektor lainnya.
Walaupun terdapat berbagai kekurangan dari pemerintahan
Soeharto tapi pada saat pemerintahan Soeharto Indonesia menjadi salah satu
negara kaya dan disegani negara lain.
PRESIDEN
SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Jenderal TNI Prof.Dr.H.Susilo Bambang Yudhoyono lebih
dikenal dengan SBY lahir di Pacitan 9 September 1949 (67tahun). Presiden
Indonesia ke enam yang menjabat sejak 20 Oktober 2004 hingga 20 Oktober 2014.
Presiden pertama yang dipilih oleh rakyat. SBY adalah seorang yang santun dalam
setiap penampilan dan berbusana, memiliki tingkat kecerdasan intelektual diatas
rata rata, Berwibawa dan memiliki daya tarik.
SBY tipe pemimpin yang Demokratik. Dalam mengambil
keputusan selalu mengajak beberapa perwakilan bawahan, mendengar berbagai
pendapat, menghimpun dan menganalisa pendapat-pendapat tersebut untuk kemudian
mengambil keputusan yang tepat, namun keputusan tetap berada di tangannya
tetapi selalu defensif terhadap kritik.
SBY yang mempunyai tipe kepemimpinan yang seperti tipe
supportif, partisifatif, instrumental dan yang lainnya, kesemuanya itu
disesuaikan dengan situasi. Menghargai perbedaan pendapat, tetapi selalu
defensif terhadap kritik. SBY sebagai figur peragu, lambat, dan tidak
“decisive” (tegas). SBY di nilai memiliki konsistensi yang buruk karena sering
berubah-ubah dan membingungkan publik.
SBY cukup sukses dalam kepemimpinan sebagai Presiden RI
periode 2004-2014. SBY dikenal tanggap dalam menyelesaikan perkara atau masalah
yang dihadapi Indonesia salah satunya adalah dengan cara membentuk badan-badan
negara yang bertugas menyelesaikan masalah sesuai bidangnya masing-masing
secara lebih spesifik.
Pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,
terjadi banyak kemajuan di berbagai bidang. Hal ini dikarenakan kemajuan
teknologi dan kebebasan berpendapat. Musyawarah mufakat diutamakan. Sehingga
pengambilan kebijakan terkesan lambat.
PRESIDEN
JOKO WIDODO
Ir. H. Joko Widodo lebih di kenal dengan nama JOKOWI.
Lahir di Surakarta 21 Juni 1961 (55tahun). Presiden ke 7 Indonesia mulai
menjabat sejak 20 Oktober 2014. Jokowi adalah sosok pemimpin yang tegas, berani
dan konsisten. Memulai masa kepresidenannya dengan meluncurkan Kartu Indonesia
Sehat, Kartu Indonesia Pintar, dan Kartu Keluarga Sejahtera.
Pemimpin yang otentik adalah sosok berintegritas tinggi,
memiliki komitmen untuk mengembangkan lembaga di mana dia berada memiliki tekad
kuat dan dalam mewujudkannya. Jokowi lebih banyak mendengarkan aspirasi dari
bawah ketimbang “memaksakan gagasan dari atas ke bawah”.
Kunci keberhasilan kepemimpinan Jokowi adalah dalam
komunikasi. Gaya Kepemimpinan Transformatif saat pengambilan kebijakan mengajak
pihak terkait untuk bicara dengan maksud mewadahi aspirasi secara langsung,
terkait kebijakan yang akan diterapkan. Sejarah telah banyak mencatat bahwa
pemimpin besar yang mampu menggerakkan orang yang dipimpinnya adalah seorang
pemimpin yang mampu menyelami perasaan rakyatnya, mampu membangkitkan semangat
dan memberikan inspirasi baik itu melalui pikiran, perkataan dan tindakannya
maupun melalui visi dan ide-ide yang dikemukakannya. Sehingga untuk menjadi
seorang pemimpin besar tidak cukup dengan hanya mengandalkan kharisma dan
pencitraan tetapi harus mampu melibatkan emosi.
Dalam kepemimpinan Jokowi terjadi perlambatan ekonomi
global dan turunnya harga komoditas ekspor yang melanda negeri ini, namun lebih
banyak perubahan positif terutama dalam aspek pembangunan infrastruktur serta
kebijakan ekonomi jangka panjang. Sejak dipegang oleh Presiden Jokowi Indonesia
jauh lebih kompetitif dan mampu bersaing dibandingkan negara-negara berkembang lainnya,
Psikologi Manajemen
Dosen :
Natalia Konradus
Nama Kelompok :
1.
Andinta Castine Putri (11514093)
2.
Aulia Dika Widiasi (
11514811)
3.
Brenda Amelia Panggabean (12514221)
4.
Elfa Inkabaturia Ciptanti (13514486)
Kelas : 3PA18
FAKULTAS PSIKOLOGI / JURUSAN
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
TAHUN AJARAN 2015/2016
KEKUASAAN
1.
Pengertian
Kekuasaan
Kekuasaan
adalah kemampuan mempengaruhi perilaku, mengubah peristiwa, mengatasi perilaku dan
meminta orang melakukan sesuatu yang tidak ingin mereka lakukan (Pfeffer, dalam
Haryatmoko 2005:482). Kekuasaan adalah potensi/ kapasitas dari satu pihak
(agen) untuk mempengaruhi pihak lain (target) (Robbins, dalam Haryatmoko 1996,
2:84).
Menurut
C. Wright Mills, kekuasaan adalah dominasi, yaitu kemampuan untuk melaksanakan
kemauan sekalipun oranglain menentangnya (T. Liang Gie, dalam Haryatmoko
1986:20). Menurut Max Weber, kekuasaan adalah kemampuan untuk dalam suatu
hubungan sosial, melakukan kemauan sendiri sekalipun mengalami perlawanan dan
apa-pun dasarkemampuan ini (M. Budiardjo, dalam Haryatmoko ed., 1983:16).
Kekuasaan
adalah kemampuan untuk menggunakan pengaruh pada orang lain, artinyakemampuan
untuk mengubah sikap atau tingkah laku individu atau kelompok. Kekuasaan juga berarti
kemampuan untuk mempengaruhi individu, kelompok, keputusan, atau kejadian.
Kekuasaan
adalah fakta penting dari kehidupan organisasi. Manajer tidak hanya harus menerima dan memahaminya sebagai
bagian dari pekerjaan , tetapi harus juga belajar cara menggunakannya tanpa
menyalahgunakannya untuk mencapai sasaran sendiri dan organisasi.
2.
Hakekat
Kekuasaan
Dalam setiap
hubungan antara manusia
maupun antar kelompok
sosial, selalu tersimpul
pengertian-pengertian kekuasaan dan wewenang; Kekuasaan, dalam istilah umum
disebut sebagai power, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang
ada pada pemegang
kekuasaan tersebut, kekuasaan
itu juga mencakup baik
suatu kemampuan untuk
memerintah (agar yang
diperintah itu patuh) .
Dalam
kehidupan masyarakat Indonesia yang masih menyelenggarakan keberlakuan
hukum adat, biasanya
pada bentuk masyarakat
yang masih sederhana
dan jauh dari peradaban modern,
dimana semua kekuasaan,
pemerintahan, ekonomi dan
sosial dipercayakan kepada kepala-kepala
masyarakat-masyarakat hukum adat
tadi untuk seumur hidup (biasanya
juga berlaku pola pewarisan kepemimpinan). Kerana luasnya kekuasaan dan
karena besarnya kepercayaan
yang menyeluruh dari
masyarakat hukum adat kepada kepala-nya tadi, maka pengertian kekuasaan
dan pengertian orang yang memegangnya lebur menjadi satu.
Dalam
bentuk masyarakat seperti ini agaknya sukar
untuk membedakan batas-batas
antara kekuasaan (yang
tidak resmi) dengan wewenang (yang resmi) juga untuk memberikan keputusan-keputuasan
yang secara langsung maupun tidak langsung akan
mempengaruhi tindakan-tindakan pihak
lainnya.
Max Weber
mengatakan, bahwa kekuasaan adalah
kesempatan dari seseorang
atau sekelompok orang-orang
untuk menyadarkan masyarakat akan
kemauan-kemauannya sendiri, dengan
sekaligus menterapkannya
terhadap tindakan-tindakan perlawanan
dari orang-orang atau golongangolongan
tertentu.
Kekuasaan tersebut
mempunyai berbagai bentuk
dengan bermacam-macam sumber; hak milik kebendaan, kedudukan,
birokrasi, disamping misalnya suatu kemampuan khsusus dalam bidang-bidang ilmu
pengetahuan yang tertentu ataupun atas dasar peraturan-peraturan hukum yang
tertentu, merupakan sumber-sumber
kekuasaan. Jadi kekuasaan
terdapat dimana-mana, dalam hubungan –hubungan sosial maupun
oraganisasi-organisasi sosial, akan tetapi
umumnya kekuasaan tertinggi
ada pada organisasi
yang disebut dengan
“negara”, secara resmi negara itu mempunyai hak untuk melaksanakan
kekuasaan tertinggi, kalau perlu dengan
paksaan; juga negaralah
yang membagi-bagikan kekuasaan-kekuasaan yang
lebih rendah derajatnya.
3.
Sumber-Sumber
Kekuasaan
A. Kekuasaan
Penghargaan (Reward power)
kekuasaan yang bersumber pada kemampuan
orang mengontrol sumberdaya dan memberikan imbalan pada orang lain
B. Kekuasaan
koersif (Coercive power)
kekuasaan yang bersumber pada kemampuan
dalam menggunakan ancaman dan hukuman.
C. Kekuasaan
Legitimasi (Legitimate power)
kekuasaan yang bersumber pada hak atau
wewenang resmi dalam organisasi.
D. Kekuasaan
Keahlian (Expert power)
kekuasaan yang bersumber pada kemampuan
spesifik (keahlian) dalam bidang tertentu.
E. Kekuasaan
Referen (Referent power)
kekuasaan yang bersumber pada ciri khas kepribadian
tertentu.
4.
Strategi
Kekuasaan
A. Tahap
I :
Atasan dan bawahan saling berupaya
menciptakan saling pengaruh mempengaruhi (influence system)
B. Tahap
II :
Atasan dan bawahan saling berupaya
menciptakan rasa ketergantungan (dependency system)
C. Tahap
III :
Tercipta sistem kepatuhan dan loyalitas
(obedience and loyality system)
D. Tahap
IV :
Jika gagal atau tidak terjadi kepatuhan
atau ketidak loyalitasan, maka dipergunakan otoritas atau kewenangan kekuasaan
sebagai bagian perilaku politik
5.
Secara
Umum Ada Dua Bentuk Kekuasaan:
A. Pertama
: kekuasaan pribadi, kekuasaan yang didapat dari para pengikut dan didasarkan pada
seberapa besar pengikut mengagumi, respek dan terikat pada pemimpin.
B. Kedua
: kekuasaan posisi, kekuasaan yang didapat dari wewenang formal organisasi,besarnya kekuasaan
ini tergantung pada
besarnya pendelegasian orang
yang menduduki posisi tersebut
6.
Kekuasaan
tidak begitu saja diperoleh individu, ada 6 sumber kekuasaan menurut John
Brench dan Bertram Raven, yaitu :
A. Kekuasaan
menghargai (reward power)
Kekuasaan yang didasarkan pada kemampuan
seseorang pemberi pengaruh untuk memberi penghargaan pada orang lain yang
dipengaruhi untuk melaksanakan perintah. (bonus sampaisenioritas atau
persahabatan).
B. Kekuasaan
memaksa (coercive power)
Kekuasaan berdasarkan pada kemampuan
orang untuk menghukum orang yang dipengaruhikalau tidak memenuhi perintah atau
persyaratan. (teguran sampai hukuman).
C. Kekuasaan
sah (legitimate power)
Kekuasaan formal yang diperoleh
berdasarkan hukum atau aturan yang timbul dari pengakuanseseorang yang
dipengaruhi bahwa pemberi pengaruh berhak menggunakan pengaruhsampai pada batas
tertentu.
D. Kekuasaan
keahlian (expert power)
Kekuasaan yang didasarkan pada persepsi
atau keyakinan bahwa pemberi pengaruh mempunyai keahlian relevan atau pengetahuan
khusus yang tidak dimiliki oleh orang yangdipengaruhi. (professional atau
tenaga ahli).
E. Kekuasaan
rujukan (referent power)
Kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang
atau kelompok yang didasarkan pada indentifikasi pemberi pengaruh yang menjadi
contoh atau panutan bagi yang dipengaruhi. (karisma,keberanian, simpatik dan
lain-lain).
F. Kekuasaan
Pengendalian Informasi (Control Of Information power)
Berasal dari pengetahuan yang tidak
dimiliki orang lain, ini dilakukan denganpemberian atau penahanan informasi
yang dibutuhkan.
7.
Bagaimana
Menangani Kekuasaan
Pandangan kekuasaan
dengan wajah negatif mengartikan kekuasaan sebagai mempunyai kekuasaan atas
diri orang lain yang kurang beruntung dan menganggap orang sebagai tidak lebih dari
pion untuk digunakan atau dikorbankan kalau ada kebutuhan untuk itu. Pandangan
ini akanmenyebabkan kegagalan bagi pengguna kekuasaan, karena orang yang
dijadikan pion cenderung akan menentang wewenang atau menerima dengan sangat
pasif. Apapun yang terjadi nilainya bagi manajer amat terbatas.
Wajah
positif kekuasaan yang paling baik
dicirikan dengan perhatian untuk struktur kelompok. Manajer akan mendorong
anggota kelompok untuk mengambangkan kekuatan dan kompetensi yang diperlukan
untuk menjadi sukses sebagai individu dan sebagai anggota dari organisasi.
8.
Karakteristik
kunci menangani kekuasaan dengan sukses (John P Kotter) :
A. Peka
terhadap sumber kekuasaan mereka,
menjaga tindakan tetapi tetap kosistendengan harapan orang.
B. Mengakui
perbedaan biaya, resiko dan manfaatdari lima kekuasaan dasar, menggunakan dasar
kekuasaan manapun yang sesuai dengan situasi atau orang tertentu.
C. Menghargai
bahwa setiap dasar kekuasaan mempunyai keunggulan, mencobamengembangkan
keterampilan dan kredibilitas mereka sehingga dapat menggunakanmetode apa pun
yang paling baik.
D. Mempunyai
sasaran karier yang membuat mereka mengembangkan dan menggunakan kekuasaan,
membuat orang merasa tergantung padanya, dan menggunakan salah satutipe
kekuasaan yang paling mungkin untuk dipakai.
E. Bertindak
secara dewasa dan mengembangkan kendali diri, menghindari menonjolkankekuasaan
secara angkuh dan mencoba untuk bertindak tidak kasar bila tidakdiperlukan.
F. Memahami
bahwa kekuasaan perlu untuk melaksanakan pekerjaan, merasa senangmenggunakan
kekuasaan untuk mendorong keberhasilan pelaksanaan tugasorganisasi. Kekuasaan menjadi mudah
terlembaga, tetapi bagi mereka yang dipercaya orang lain,memiliki kekuasaan
kelihatannya lebih mudah untuk mempengaruhi orang lain.
9.
Arti
Kunci Kekuasaan (Rosabeth Moss Kanter) :
A.
Aktivitas luar biasa, membuat perubahan,
menempati suatu posisi atau berhasil mengambilresiko yang besar akan mendorong
kepemilikan kekuasaan.
B.
Visibilitas, menjadi dikenal atau
memperoleh kesempatan diperkenalkan dengan pemegangkekuasaan akan mendorong
kesuksesan menggunakan kekuasaan yang dimiliki.
C.
Relevansi, memiliki kekuasaan yang
berhasil berarti mampu meyelesaikan masalahorganisasi yang otentik atau akurat.
D.
Sponsor, mempunyai sponsor atau mentor-
seseorang memberi nasehat kepada andamengenai cara agar behasil dalam
organisasi- dapat menjadi sumber kekuasan informal,terutama bila sponsor
menikmati kekuasaan yang cukup besar
10.
Bentuk-Bentuk
Kekuasaan
Bentuk dan
sistem kekuasaan pada
dasarnya selalu menyesuaikan
diri pada masyarakat dengan adat
istiadat dan pola-pola perikelakuannya, kekuasaan itu dianggap perlu ada dalam
masyarakat didasarkan pada
kekhawatiran terjadinya disintegrasi
dalam masyarakat, bentuk integrasi mana yang dipertahankan oleh tata
tertib sosial yang dianggap hanya bisa dijalankan oleh penguasa. Semakin banyaknya
jumlah manusia, sehingga orang mulai
sadar bahwa keteraturan
atau ketertiban masyarakat
tidak bisa menggunakan
pola penguasaan di bawah satu tangan, akan tetapi harus ada pembagian
kekuasaan, seperti yang dikemukakan oleh seorang ahli sosiologi, Robert M. Mc Iver,dalam Haryatmoko (1954), bahwa kekuasaan
itu ada dalam bentuk
lapisan-lapisan atau piramida.
Kekuasaan bukanlah semata-mata
berarti bahwa banyak orang
tunduk di bawah
seorang penguasa, kekuasaan
selalu berarti suatu sistem
berlapis-lapis yang bertingkat
(hierarkis). Mc. Iver
menggambarkan kekuasaan itu dalam tiga pola umum dari sistem
lapisan-lapisan atau piramida kekuasaan, yaitu :
A. Type
Kasta
Adalah suatu sistem lapisan kekuasaan
dengan garis-garis pemisah yang tegas dan kaku, tipe semacam ini
biasanya ditemukan pada
bentuk-bentuk masyarakat yang
berkasta, dimana hampir tidak
terjadi gerak sosial vertikal; garis-garis pemisah antara masing-masing lapisan
relatif tidak mungkin di tembus.Pada puncak piramida,
duduk penguasa tertinggi
dengan orang-orang disekitarnya,
yang didukung oleh bangsawan, tentara dan para pendeta; lapisan
berikutnya terdiri dari pegawai yang
bekerja di pemerintahan;
lapisan yang paling
banyak anggotanya adalah
lapisan para petani, buruh
tani yang kemudian
didikuti dengan lapisan
terendah yang terdiri
dari para budak.
B. Tipe
Oligarkhis
Hampir
seperti tipe kasta,
yaitu dengan garis-garis
pemisah yang tegas,
akan tetapi disini dasar pembedaan kelas-kelas
sosial lebih ditentukan
oleh kebudayaan masyarakat; walaupun masih
memuat unsur pewarisan
kedudukan menurut kelahiran
(ascribe status) namun anggota
masyarakat diberikan peluang
untuk memperoleh kekuasaan-kekuasaan tertentu, sistem
yang berlaku pada
masyarakat ini lebih
memberikan peluang mobilitas vertikal pada warganya.Kelas
menengah mempunyai warga yang paling banyak; industri, perdagangan dan keuangan
memegang peranan yang lebih penting. Ada beberapa macam cara di mana
warga-warga dari lapisan bawah untuk
naik ke lapisan
atasnya, dan juga
ada kesempatan bagi warga-warga
lapisan menengah untuk menjadi penguasa. Tipe semacam di atas dijumpai pada
masyarakat masyarakat yagn bersifat
feodal yagtelah berkembang;
satu variasi dari
tipe ke dua
ini dijumpaipada negara-negara yang didasarkan pada aliran fasisme dan
sebagian negara-negara totaliter; bedanya adalah bahawa kekuasaan yang
sebenarnya, beradadi tangan partai politik yang mempunyai kekuasaan yang
menentukan.
C. Tipe
Demokratis
Menunjuk
pada kenyataan akan
adanya garis-garis pemisah
antara lapisan-lapisan yang
sifatnya mobil sekali; kelahiran tidak menentukan seseorang harus dan bisa
bagaimana, yangerpenting adalah kemampuannya dan kadang-kadang pula faktor
keberuntungan, untuk banyak kasus terbukti
berasal dari berbagai
partai politik, yang
dalam suatu masyarakat demokratis banyak mencapai
kedudukannya dengan media partai politik ini.
Gambaran dari pola kekuasaan tersebut di
atas merupakan tipe ideal yang dalam kenyataan dan perwujudannya
tidak jarang mengalami
penyimpangan-penyimpangan,
hal mana terutama disebabkan oleh
karena setiap masyarakat mengalami perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan.
Setipa perubahan sosial dan kebudayaan memerlukan suatu perubahan pula dalam pola
piramida kekuasaan, yaitu
untuk dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan masyarakat sesuai dengan perkembangan yang
dialaminya.
11.
Unsur-Unsur
Kekuasaan
Soerjono
Soekanto (1983) mengambarkan
beberapa unsur kekuasaan
yang dapat dijumpai pada hubungan
sosial antara manusia maupun antar kelompok, yaitu yang meliputi :
A. Rasa
Takut
Perasaan
takut pada seseorang
pada orang lain
menimbulkan suatu kepatuhan
terhadap segala kemauan dan
tidakan pada orang
yang ditakuti tadi;
rasa takut ini
bernuansa negatif, karena orang
tersebut tunduk pada
orang lain dalam
keadaan yang terpaksa. Untuk menghindari
dari hal-hal yang
dapat merugikan dirinya,
seseorang atau sekelompok orang
akan patuh atau berbuat apa saja sesuai dengan keinginan fihak yang
ditakutinya. Disamping kepatuhan,
adakalanya secara disadari
atau tidak orang
atau sekelompok orang itu
meniru tindakan orang-orang
yang ditakuti (disebut
sebagai matched dependend behavior)
. Rasa takut
merupakan gejala umum
yang terdapat dimana-mana, dan
bila dilekatkan pada
suatu pola pemerintahan
negara rasatakut ini biasanya dipergunakan sebaik-baiknya
dalam masyarakat dengan pemerintahan otoriter.
B. Rasa
Cinta
Unsur
kekuasaan dengan perasaan
cinta menghasilkan perbuatan-perbuatan yang bernuansa positif,
orang-orang dapat bertindak
sesuai dengan keinginan
yang berkuasa, masing-masing
fihak tidak merasakan dirugikan satu sama lain. Reaksi kedua belah fihak,
yaitu antara kekuasaan
dan yang dikuasai,
bersifat positif, dari
keadaan ini maka
suatu sistem kekuasaan dapat berjalan dengan baik dan teratur.
C. Kepercayaan
Suatu
kepercayaan dapat timbul
sebagai hasil hubungan
langsung dari dua
orang atau lebih, satu
fihak secara penuh
percaya pada fihak
lainnya, dalam hal
ini pemegang kekuasaan, terhadap
segenap tindakan sesuai dengan peranan yang dilakukannya; dengan
kepercayaannya ini maka
orang-orang akan bertindak
sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh penguasa.
Unsur kepercayaan ini
penting ditumbuhkan untuk melanggengkan suatu bentuk kekuasaan.
D. Pemujaan
Suatu perasaan cinta atau sistem
kepercayaan mungkin pada suatu saat
dapat disangkal oleh orang lain; akan tetapi dalam sistem pemujaan, maka
seseorang, sekelompok orang, bahkan
hampir seluruh warga masyarakat akan
selalu menyatakan pembenaran
atas segala tindakan dari penguasanya, ke dalam maupun ke luar
masyarakat.
12.
Saluran-Saluran Kekuasaan
Kekuasaan itu dilaksanakan dengan
melalui saluran-saluran atau media tertentu, yaitu yang meliputi saluran :
A. Militer
Untuk
melaksanakan kekuasaannya, maka
fihak penguasa akan
lebih banyak mempergunakan pola
paksaan (coercion) serta
kekuatan militer (military
force), tujuan utamanya adalah
untuk menimbulkan rasa takut dalam diri masyarakat, sehingga mereka tunduk kepada
keinginan penguasa atau
sekelompok orang yang
dianggap sebagai penguasa; untuk
kepentingan itu, maka
seringkali di bentuk
oraganisasi dan pasukanpasukan khususyang bertindak sebagai
dinas rahasia.
B. Ekonomi
Penguasa
berusaha menguasai kehidupan
masyarakat dengan melakukan
pendekatanpendekatan dengan menggunakan saluran-saluran ekonomi; dengan
pola penguasaan ini maka penguasa dapat melaksanakan peraturan-peraturannya serta
akan menyalurkan pemerintahannya
dengan disertai sanksi-sanksi tertentu. Bentuknya bisa berupa monopoli,
penguasaan sektor-sektor penting dalam masyarakat, atau penguasaan kaum buruh.
C. Politik
Melalui
saluran politik, penguasa
dan pemerintah berusaha
untuk membuat peraturanperaturan yang harus ditaati oleh
masyrakat, caranya antara lain dengan meyakinkan atau memaksa masyarakat
untuk mentaati peraturan-peraturan yangdibuat
oleh badan-badan yang berwenang
dan sah.
D. Tradisi
Saluran
tradisi ini biasanya
merupakan saluran yang
paling disukai, karena
ada keselarasan antara nilai-nilai yang diberlakukan dengan
kebiasaan-kebiasaan atau tradisi dalam suatu masyarakat, sehingga pelaksanaan
kekuasaan dapat berjalan dengan lancar.
E. Ideologi
Penguasa-penguasa dalam
masyarakat biasanya mengemukakan
serangkaian ajaranajaran atau
doktrin-doktrin, yang bertujuan
untuk menerangkan dan
sekaligus memberi dasar pembenaran
bagi pelaksanaan kekuasaannya;
hal itu dilakukan
agar supaya kekuasaannya dapat
menjelma menjadi wewenang. Setiap penguasa akan berusaha untuk dapat menerangkan
ideologinya tersebut dengan
sebaik-baiknya sehingga melembaga (institutionalized) bahkan
mendarah daging (internalized) dalam
diri warga-warga masyarakat.
F. Saluran-saluran
lain
Untuk
lebih menyalurkan pengaruhnya,
penguasa biasanya tidak
hanya terbatas menggunakan
saluran-saluran seperti di atas, tetapi menggunakan berbagai saluran lain,
yaitu yang berupa
komunikasi massa baik
berupa iklan, pamflet,
surat kabar, radio, televisi, pagelaran
musik, atau apa
saja yang dapat
menarik simpati massa.
Kemajuan yang sangat pesat di bidang teknologi alat-alat komunikasi
massa, menyebabkan bahwa saluran
tersbut pada akhir-akhir
ini dianggap sebagai
media primer sebagai
saluranpelaksanaan kekuasaan.
13.
Cara-Cara
Mempertahankan Kekuasaan
Sepertinya
sudah menjadi kesepakatan orang banyak, bahwa untuk menyelenggarakan
suatu
bentuk kehidupan dari
orang-orang atau kelompok-kelompok orang
dalam suatu persekutuan, memerlukan
pengaturan dalam bentuk
norma-norma atau hukum
yang pelaksanaannya dipegang oleh
seseorang atau orang-orang
tertentu dalam masyarakat tersebut; penyelenggaaan ini
bisa atas dasar
rasa cinta, takut,
pemujaan atau kepercayaan.
Orang atau
kelompok orang yang
memegang kekuasaan sadar bahwa
selain kewajibankewajiban yang
menjadi tanggung jawabnya,
dia atau mereka
juga diberikan semacam fasilitas dan hak-hak tertentu yang
lebih dari orang-orang kebanyakan, dan penguasa juga sadar bahwa kekuasaannya
itu pada suatu waktu mungkin akan akan hilang karena berbagai sebab; atas dasar
kesadarannya inilah yang biasanya menjadi pemikiran dasar bahwa sedapat mungkin
dia atau mereka mempertahankan kekuasaanya, untuk tujuan itu ditempuh beberapa
cara agar kekuasaan itu dipertahankan,
yaitu melalui :
A. Menghilangkan segenap
peraturan-peraturan lama, terutama
dalam bidang politik, yang
dianggap merugikan kedudukan
penguasa.;
peraturan-peraturan tersebut akan
digantikannya dengan peraturan-peraturan baru
yang akan menguntungkan penguasa; keadaan tersebut
biasnya terjadi pada waktu akan ada pergantian kekuasaan dari seorang penguasa
kepada penguasa yang lain,
B. Mengadakan sistem-sistem
kepercayaan yang akan
dapat memperkokoh kedudukan penguasa ataugolongannya,
sistem-sistem itu meliputi ideologi, agama dan lainnya,
C. Menyelenggarakan administrasi
dan birokrasi yang
baik, yang dianggap
lebih memudahkan kehidupan orang banyak.
D. Senantiasa
mengadakan konsolidasi secara horisontal dan vertikalSecara khusus cara-cara
penguasa dalam memperkuat kedudukannya yaitu dengan menguasai
bidang-bidang kehidupan tertentu,
misalnya menguasai bidang ekonomi dengan
cara memperluas pasaran-pasaran perdagangan,
menambah tenaga kerja, menaikan
produksi, mengadakan perlindungan
terhadap barang-barang produksi
dan sebagainya; hal ini biasanyadilakukan dengan cara damai,
E. Menguasai
bidang-bidang kehidupan pokok dalam masyarakat dengan cara kekerasan atau paksaan.
Maksudnya adalah untuk
menghancurkan atau menguasai
pusat-pusat kekuasaan di bidang-bidang
kehidupan. Biasanya cara-cara
ini tidak dapat
bertahan lama, karena pada suatu saat pasti timbul reaksi yang akan
menghancurkan kekuasaan yang ada, selain bahwa kekuasaan dengan tipe demikian
tidak akan bertahan lama, karena penguasa juga mempunyai batas-batas kemampuan
akan kekuatannya.
Para
penguasa biasanya mempunyai
keahlian di bidang-bidang
tertentu, seperti di bidang
politik, ekonomi, militer
dan sebagainya; kekuasaan
yang dipegang seorang
ahli politik misalnya, adalah
terutama mencakup di
bidang politik saja.
Keadaan semacam demikian, yaitu
apabila penguasa hanya
menguasai bidang-bidang tertentu,
menyebabkan bahwa dia lebih mudah untuk digulingkan. Oleh sebab itu
seorang penguasa seharusnya dapat pula
menguasai bidang-bidang lain,
selain dari kemampuannya
dalam bidang tertentu. Apabila dia
merasa tidak sanggup
untuk menguasai bidang-bidang
kehidupan masyarakat, maka seyogyanya
dia mendekati pihak-pihak
lain yang ahli
dan mengajak mereka
untuk membentuk the rulling class tersendiri.
Melihat hal-hal
tersebut di atas,
maka suatu kecenderungan
bahwa kekuasaan itu bersifat
kumulatif, artinya bertumpuk
atau berkumpul dalam
suatu tangan penguasa
atau sekelompok orang-orang, merupakan hal yangwajar dalam berbagai
masyarakat. Dan apabila dalam salah satu
bidang kehidupan terdapat
orang kuat yang
berkuasa, maka timbul
suatu pusat kekuasaan; untuk
mengimbangi keadaan ini, masyarakat kemudian membentuk suatu pusat-pusat kekuasaan
lainnya, yang disebut
sebagai oposisi, perkara
sehat atau tidaknya oposisi ini,
merupakan soal lain.
Konkurensi terhadap kekuasaan
yang pada suatu
saat memegang tampuk pemerintahan,
akan selalu ada.
Apakah konkurensi itu
diberlakukan secara bebas atau terbatas,semuanya tergantung dari
struktur masyarakat.
KEPEMIMPINAN (LEADERSHIP)
1.
Definisi
Kepemimpinan
Kepemimpinan dapat
diartikan sebagai proses
mempengaruhi dan mengarahkan para pegawai
dalam melakukan pekerjaan
yang telah ditugaskan
kepada mereka. Sebagaimana didefinisikan
oleh (Stoner, Freeman,
dan Gilbert dalam Nahiyah 1995).
Kepemimpinan adalah the process
of directing and
influencing the task
related activities of
group members. Kepemimpinan adalah
proses dalam mengarahkan
dan mempengaruhi para anggota
dalam hal berbagai
aktivitas yang harus
dilakukan. Lebih jauh
lagi, (Griffin, dalam Nahiyah 2000) membagi
pengertian kepemimpinan menjadi
dua konsep, yaitu
sebagai proses, dan sebagai
atribut. Sebagai proses,
kepemimpinan difokuskan kepada
apa yang dilakukan oleh
para pemimpin, yaitu
proses di mana
para pemimpin menggunakan pengaruhnya untuk
memperjelas tujuan organisasi
bagi para pegawai,
bawahan, atau yang dipimpinnya,
memotivasi mereka untuk mencapai tujuan
tersebut, serta membantu menciptakan
suatu budaya produktif
dalam organisasi. Adapun
dari sisi atribut, kepemimpinan adalah
kumpulan karakteristik yang
harus dimiliki oleh
seorang pemimpin. Oleh karena itu, pemimpin dapat didefinisikan sebagai
seorang yang memiliki kemampuan
untuk mempengaruhi perilaku
orang lain tanpa
menggunakan kekuatan, sehingga orang-orang
yang dipimpinnya menerima
dirinya sebagai sosok
yang layak memimpin mereka.
Selain itu banyak juga pendapat dari para tokoh mengenai arti dari kepemimpinan
ini, yaitu:
A. Kepemimpinan
adalah pengaruh antar pribadi yang dijalankan dalam suatu situasi tertentu,
serta diarahkan melalui proses komunikasi, kearah pencapaian satu atau beberapa
tujuan tertentu. (Tannenbaum, Weschler, & Massarik, 1961:24).
B. Kepemimpinan adalah
pembentukkan awal serta
pemeliharaan struktur dalam harapan dan interaksi (Stogdill,
1974:411).
C. Kepemimpinan
adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada dan berada di atas
kepatuhan mekanis terhadap pengarahan rutinorganisasi ( Katz & Kahn,
1978:528).
D. Kepemimpinan adalah
proses mempengaruhi aktifitas
sebuah kelompok yang diorganisasi kea rah pencapaian tujuan (
Rauch & Behling, 1984:46)
E. Kepemimpinan adalah
sebuah proses memberi
arti (pengarahan yang
berarti) terhadap usaha kolektif
dan yang mengakibatkan
kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk
mencapai sasaran ( Jacob&Jacques, 1990:281)
F. Para pemimpin
adalah mereka yang
secara konsisten memberi
kontribusi yang efektif terhadap
orde social dan
yang diharapkan dan
dipersepsikan melakukannya (Hosking, 1988:153)
G. Kepemimpinan sebagai
sebuah proses pengaruh
social yang dalam hal ini pengaruh
yang sengaja dijalankan
oleh seseorang terhadap
orang lain untuk menstruktur aktifitas-aktifitas serta
hubungan-hubungan sebuah kelompok
atau organisasi (Yukl, 1994:2).
2.
Perkembangan
Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan
hasil dari organisasi sosial
yang telah terbentuk
dan sebagai hasil dari dinamika interaksi sosial. Sejak dulu kala
terbentuknya suatu kelompok sosial dari
beberapa orang di
antara warga-warga yang melakukan
peranan lebih aktif darirekan-rekannya, sehingga beberapa orang tampak
lebih menonjol dari yang
lainnya. Itulah asal
mula timbulnya kepemimpinan, yang
kebanyakan timbul dan
berkembang dalam struktur sosial
yang kurang stabil.
Munculnya seorang
pemimpin sangat diperlukkan
dalam keadaan-keadaan di
mana tujuan dari kelompok
sosial yang bersangkutan
terhalang dan apabila kelompok
mengalami ancaman-ancaman dari
luar. Dalam keadaan seperti itu sulit bagi
kelompok yang bersangkutan untuk menentukkan langkah-langkah yang
harus diambil dalam
mengatasi kesulitan yang dihadapinya.
Munculnya
seorang pemimpin merupakkan hasil dari suatu proses yang dinamis sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan kelompok tersebut.
Apabila dalam saat tersebut
muncul seorang pemimpin,
maka kemungkinan besar
kelompok tersebut akan mengalami suatu
disintegrasi. Tidak munculnya
pemimpin mungkin karena seorang individu
yang diharapkan menjadi
pimpinan, ternyata tidak
berhasil membuka jalan bagi
kelompoknya untuk mencapai
tujuan dan bahwa
kebutuhan warganya tidak terpenuhi.
3.
Perilaku
Kepemimpinan
A. Mengatakan
:
1) Pemimpin
memastikan masalah menyelidiki, mengkaji, dan menjelaskan fakta. Setelah itu
mempertimbangkan pemecahan masalah alternatif dan memilih satu cara pemecahan
yang dinilai paling tepat.
2) Anggota
diberitahu apa yang harus dilakukan. Pendapatan anggota dimungkinkan untuk
tidak dipertimbangkan.
B. Menghimbau
:
1) Pemimpin
membuat keputusan
2) Ada
himbauan agar anggota menerima keputusan itu.
3) Ada
penjelasan atas manfaat dari keputusan itu.
C. Konsultasi
:
1) Pimpinan
memberitahu permasalahan kepada anggota dan minta saran pemecahan masalah.
2) Saran
anggota dapat menjadi cara pemecahan masalah sementara.
3) Pemimpin
setelah mempertimbangkan saran memutuskan cara yang terbaik
D. Bergabung
:
1) Pemimpin
membicarakan masalah dan menerima keputusan anggota.
2) Pemimpin
memberikan batasan yang kemudian menggiring pada keputusan akhir
E. Memberi
:
Pemimpin menyerahkan pembicaran dan
pemecahan masalah yang memuaskan dan diinginkan oleh anggota. Pemimpin
mendukung keputusan asal wajar dan ada dalam batas-batas yang ditetapkan
sebelumnya.
4.
Fungsi
Kepemimpinan
A. Pemimpin
sebagai eksekutif ( executive Leader)
Disebut
sebagai administrator atau
manajer. Fungsinya adalah melakukan kebijaksanaan menjadi
suatu kegiatan, memimpin dan
mengawasi tindakan
orang-orang yang menjadi
bawahannya, membuat
keputusan-keputusan yang
kemudian memerintahkannya untuk
dilaksanakan. Kepemimpinan banyak
ditemukan didalam masyarakat
dan biasanya bersifat
kepemerintahan, mulai dari
pusat sampai ke daerah-daerah memerlukkan fungsi tersebut.
B. Pemimpin
sebagai penengah
Dalam masyarakat modern, tanggung jawab
keadilan terletak di tangan pemimpin dengan
keahliaanya yang khas
dan ditunjuk secara
khusus disebut dengan pengadilan.
C. Sebagai propagandis,
sebagai juru bicara,
atau sebagai pengarah
opini
Merupakkan orang-orang
penting dalam masyarakat.
Mereka bergerak dalam
bidang komunikasi dan publistik yang menguasai ilmu komunikasi.
Penganjur adalah sejenis
pemimpin yang memberi
inspirasi kepada orang
lain. Seringkali ia merupakkan orang yang pandai bergaul dan fasih
berbicara.
D. Pemimpin
sebagai ahli
Pemimpin
sebagai ahli dapat
dianalogikan sebagai instruktur
atau seorang juru penerang, berada
dalam posisi yang
khusus dalam hubungannya
dengan unit sosial dimana dia bekerja. Kepemimpinannya
hanya berdasarkan fakta dan hanya pada bidang dimana terdapat fakta. Termasuk
dalam kategori ini adalah guru, petugas
sosial, dosen, dokter, ahli hukum, dan sebagainya yang mencapai dan memelihara
pengaruhnya karena mereka mempunyai pengetahuan untuk diberikkan kepada orang
lain
E. Pemimpin
diskusi
Tipe pemimpin yang seperti ini dapat
dijumpai dalamlingkungan kepemimpinan yang demokratis dimana komunikasi
memegang peranan yang sangat penting.
Seseorang yang secara lengkap
memenuhi kriteria kepemimpinan
demokratis ialah orang
yang menerima peranannya sebagai pemimpin diskusi.
5.
Tipe
– Tipe Kepemimpinan
A. Tipe
Otokratik
Dilihat
dari persepsinya seorang
pemimpin yang otokratik
adalah seorang yang sangat
egois. Seorang pemimpin
yang otoriter akan
menunjukkan sikap yang menonjol ”keakuannya”, antara lain dalam
bentuk:
1) Kecenderungan memperlakukan
para bawahannya sama
dengan alat-alat lain ddalam
organisasi, seperti mesin,
dan dengan demikian
kurang menghargai harkat dan martabat mereka.
2) Pengutamaan
orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengaitkan
pelaksanaan tugas itu dengan kepentingandan kebutuhan para bawahannya.
3) Pengabaian
peran para bawahan dalam proses pemgambilan keputusan.
a. Gaya
kepemimpinan yang dipergunakan adalah:
a) Menuntut
ketaatan penuh dari bawahannya.
b) Dalam
menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya.
c) Bernada
keras dalam pemberian perintah atau instruksi.
d) Menggunakan pendekatan
punitif dalam hal
terjaduinya penyimpangan oleh
bawahan.
B. Tipe
Paternalistik
Tipe
pemimpin paternalistik hanya
terdapat dilingkungan masyarakat
yang bersifat tradisional, umumnya
dimasyarakat agraris. Salah satu
ciri utama masyarakat tradisional
ialah rasa hormat
yang tinggi yang
ditujukan oleh para anggota masyarakat
kepada orang tua
atau seseorang yang
dituakan. Pemimpin seperti ini
kebapakan, sebagai tauladan atau panutan masyarakat. Biasanya tokohtokoh adat,
para ulama dan
guru. Pemimpin ini
sangat mengembangkan sikap kebersamaan.
C. Tipe
Kharismatik
Tidak
banyak hal yang
dapat disimak dari
literatur yang ada
tentang kriteria
kepemimpinan yang kharismatik.
Memang ada karakteristiknya yang
khas yaitu daya tariknya yang
sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang
sangat besar. Tegasnya
seorang pemimpin yang kharisnatik adalah seseorang yang
dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut
tidak selalu dapat
menjelaskan secara konkret
mengapa orang tersebut dikagumi.
D. Tipe
Laissez
Faire Pemimpin ini
berpandangan bahwa umumnya
organisasi akan berjalan
lancar dengan sendirinya karena
para anggota organisasi
terdiri ari orang-orang
yang sudah dewasa yang
mengetahui apa yang
menjadi tujuan organisasi,
sasaransasaran apa yang ingin dicapai, tugas yang harus ditunaikan oleh
masing-masing anggota dan pemimpin tidak terlalu sering intervensi.
E. Tipe
Demokratis
1) Pemimpin yang
demokratik biasanya memandang
peranannya selaku koordinator dan
integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi.
2) Menyadari
bahwa mau tidak mau organisasi harusdisusun sedemikian rupa sehingga
menggambarkan secara jelas aneka ragam tugas dan kegiatan yang tidak bisa tidak
harus dilakukan demi tercapainya tujuan.
3) Melihat
kecenderungan adanya pembagian peranansesuai dengan tingkatnya.
4) Memperlakukan
manusia dengan cara yang manusiawi dan menjunjung harkat dan martabat manusia.
6.
Ciri
– Ciri Kepemimpinan
Banyak ciri-ciri pemimpin dan
kepemimpinan yang ditampilkan oleh para pakar yang meliputi
ciri-ciri fisik, ciri-ciri
intelektual, dan ciri-ciri
kepribadian. Dr.W.A. Gerungan
telah mengetengahkan ciri-ciri yang dimiliki oleh kebanyakan pemimpin yang
baik dan
dijadikan perhatian para
penilai ketika sedang
melaksanakan penyaringan
terhadap calon-calon pemimpin
dalam latihan-latihan kader kepemimpinan. Penjelasannya sebagai berikut:
A. Persepsi
Sosial
Persepsi sosial dapat diartikan sebagai
kecakapan dalam melihat dan memahami perasaan,
sikap dan kebutuhan anggota-anggota kelompok.
Kecakapan ini sangat dibutuhkan untuk
memenuhi tugas kepemimpinan.
Persepsi sosial ini
terutama diperlukkan oleh seorang
pemimpin untuk dapat
melaksanakan tugasnya dalam memberikan pandangan
dan patokkan yang
menyeluruh dari keadaan-keadaan didalam dan diluar kelompok.
B. Kemampuan
berpikir abstrak
Kemampuan berpikir
abstrak dapat menjadikkan
indikasi bahwa seseorang mempunyai kecerdasan
yang tinggi. Kemampuan
abstrak yang sebenarnya merupakan salah satu segi dari struktur
intelegensi, khusus dibutuhkan oleh seorang pemimpin untuk dapat menafsirkan
kecenderungan-kecenderungan
kegiatan di dalam
kelompok dan keadaan umum diluar
kelompok dalam hubungannya degan tujuan kelompok. Ini berarti
bahwa ketajaman persepsi
dan kemampuan menganalisis
didampingi oleh kemampuan abstrak dan mengintegrasikan fakta-fakta
interaksi sosial didalam dan diluar
kelompok. Kemampuan tersebut memerlukan taraf intelegensia yang tinggi pada seorang pemimpin
yang harus diarahkan
oleh persepsi sosial yang
telah diterangkan diatas.
C. Keseimbangan
emosional
Merupakan faktor
paling penting dalam
kepemimpinan. Jelasnya, pada diri seorang
pemimpin harus terdapat
kematangan emoional yang berdasarkan
kesadaran yang mendalam akan
kebutuhan-kebutuhan,
keinginan-keinginan,
cita-cita, dan alam perasaan, serta
pengintegrasian kesemuanya itu
kedalam suatu kepribadian
yang harmonis. Dan ini bukanlah suatu kepribadian harmoni yang beku dan
statis, melainkan suatu harmoni dalam
ketegangan-ketegangan emosional, suatu
keseimbangan yang dinamis, yang
dapat bergerak kemana-mana,
tetapi mempunyai dasar yang matang dan stabil. Kematangan emosional ini
diperlukkan oleh seorang pemimpin untuk dapat turut merasakan keinginan dan
cita-cita anggota kelompok dalam rangka
melaksanakan tugas kepemimpinan dengan sukses.
7.
Teori
Kepemimpinan
Teori kepemimpinan membicarakan
bagaimana seseorangmenjadi pemimpin atau bagaimana timbulnya seorang pemimpin.
Ada beberapa teori tentang kepemimpinan,
di antaranya ialah :
A. Teori
Genetie
Inti dari teori ini tersimpul dalam
mengadakan "leaders are born and not made". bahwa penganut
teori ini mengatakan
bahwa seorang pemimpin
akan karena ia
telah dilahirkan dengan bakat pemimpin.Dalam keadaan bagaimana pun
seorang ditempatkan pada suatu waktu ia akan menjadi pemimpin karena
iadilahirkan untuk itu. Artinya takdir telah menetapkan ia menjadi pemimpin.
B. Teori
Sosial
Jika
teori genetis mengatakan
bahwa "leaders are
born and not
made", make
penganut-penganut sosial mengatakan sebaliknya yaitu : "Leaders are made
and not born". Penganut-penganut teori ini berpendapat bahwa setiap orang
akan dapat menjadi pemimpin apabila diberi pendidikan dan kesempatan untuk itu.
C. Teori
Ekologis
Teori
ini merupakan penyempurnaan
dari kedua teori
genetis dan teori
sosial. Penganut-penganut
teori ini berpendapat
bahwa seseorang hanya
dapat menjadi pemimpin yang
baik apabila pada
waktu lahirnya telah
memiliki bakat-bakat
kepemimpinan, bakat mana
kemudian dikembangkan melalui
pendidikan yang teratur dan
pangalaman-pengalaman yang memungkinkannya untuk
mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat
yang memang telah dimilikinya itu. Teori ini menggabungkan segi-segi positif
dari kedua teori genetis dan teori sosial dan
dapat dikatakan teori
yang paling baik
dari teori-teori kepemimpinan.
Namun demikian penyelidikan yang
jauh yang lebih
mendalam masih diperlukan untuk
dapat mengatakan secara pasti apa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang timbul sebagai
pemimpin yang baik.
8.
Syarat
Pemimpin Yang Baik
Hasil
dari penelitian menunjukkan
bahwa seorang yang
tergolong sebagai pemimpin adalah
seorang yang pada
waktu lahirnya telah diberkahi dengan
bakat-bakat kepemimpinan dan
karirnya mengembangkan bakat genetisnya melalui pendidikan
pengalaman kerja.. Walaupun belum ada kesatuan pendapat antara para ahli
mengenai syarat-syarat ideal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, akan
tetapi beberapa di antaranya yang terpenting adalah sebagai berikut :
A. Pemimpin
yang mempunyai pengikut.
B. Pemimpin
yang dicintai dan dikagumi,ia adalah orang yang menggugah pengikutnya untuk
melakukan hal-hal yang besar, tujuannya bukanlah mencapai popularitas tetapi
menghasilkan sesuatu.
C. Pemimpin
itu nyata,mereka adalah orang-orang yang memberi teladan.
D. Kepemimpinan
bukanlah jabatan,hak istimewa,gelar atau uang.kepemimpinan adalah tanggung
jawab.
E. Memiliki
inteligensi yang tinggi dan pendidikan umum yang luas
F. Bersifat
ramah tamah dalam tutur kata, sikap, dan perbuatan
G. Berwibawa
dan memiliki daya tarik
H. Sehat
jasmaniah maupun rohaniah (fisik maupun mental)
I. Kemampuan
analistis
J. Memiliki
daya ingat yang kuat
K. Mempunyai
kapasitas integratif
L. Keterampilan
berkomunikasi
M. Keterampilan
mendidik
N. Personalitas
dan objektivitas
O. Jujur
(terhadap diri sendiri, atasan, bawahan, sesama pegawai)
9.
Prinsip
Kepemimpinan
A. Tentukan
sasaran dan tujuan bersama anggota kelompok.
B. Bantu
anggota untuk mencapai tujuan/sasaran kelompok.
C. Koordinasi
kegiatan kerja.
D. Bantu
anggota agar dapat menyesuaikan diri dengan kelompok.
E. Tunjukkkan
bahwa orientasi kita adalah kelompok, bukan perorangan.
F. Tunjukkan
perhatian manusiawi.
10.
Ciri
Umum Pemimpin yang Berhasil
A. Kelancaran
berbicara
1) Perbendaharaan
kata yang luas
2) Kemampuan
berkomunikasi baik (= dalam bahasa anggotanya)
B. Kemampuan
untuk memecahkan masalah
Masalah = persoalan anggota
C. Kesadaran
akan kebutuhan anggota
1) Kebutuhan
anggota sering dinyatakan atau tidak.
2) Memberi
suasana sehingga anggota percaya pada pemimpin.
D. Keluwesan
1) Fleksibel-mudah
menyesuaikan diri.
2) Mampu
memecahkan akibat perubahan dengan cara kreatif.
E. Kesediaan
menerima tanggung jawab
Mampu menyelesaiakan tugas dan
menyerahkan hasil kepada anggota.
F. Ketrampilan
sosial
Menghadapi orang lain/pendapatatnya.
G. Kesadaran
akan diri dan lingkungannya.
Mengenal diri dengan baik; Asertif; Peka terhadap lingkungan.
11.
Tantangan
Besar Kepemimpinan
A. Visi
organisasi yang lemah.
B. Perilaku
kepemimpinan yang inkonsisten
C. Kurang
nya kader pemimpin.
D. Kompetensi
manajemen yang usang.
E. Buruknya
“keterkaitan”antara unit-unit kerja dengan tujuan organisasi.
F. Kurangnya
kesatuan dan kerja sama.
G. Ketidakmampuan
untuk mengelola konflik secara efektif.
12.
Hambatan
Dalam Kepemimpinan
A. Fakor
internal
Kurangnya motivasi
dari pemimpin itu
sendir, emosi yang
tidak stabil, tidak percata diri, takut dalam mengambil
resiko, terbatasnya kecakapan pemimpin.
B. Fakor
eksternal
Tidak
adanya dukungan dari
orang terdekat, tidak
adanya dukungan dari bawahan, terlalu banyak tekanan.
Daftar
Pustaka :
Nawawi,H.
Hadari,M.M.(1993). Kepemimpinan Yang
Efektif. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
Anoraga,P.(2003).Psikologi Kepemimpinan.Jakarta:Aneka
Cipta
Haryatmoko.(2014).Etika Politik Dan Kekuasaan.Jakarta:
Kompas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar